Mohon tunggu...
Riko Krisianto
Riko Krisianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Hi. Saya adalah seorang Virtual Assitant yang senang membuat tulisan yang bercerita tentang urban legend, ataupun pengalaman mistis baik kisah nyata maupun kisah fiktif. Selamat menikmati

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Cah Dermayu

4 Desember 2023   09:50 Diperbarui: 4 Desember 2023   10:16 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indramayu

Indramayu, sebuah kabupaten yang terletak di pesisir utara Jawa Barat. Indramayu sendiri terletak sekitar 205 km dari Jakarta ke arah timur. Indramayu sangat terkenal dengan buah mangga. Baik mangga berbentuk buah, maupun mangga yang sudah diolah menjadi dodol, bolu, manisan, dan lain sebagainya. Tidak hanya terkenal akan mangganya saja. Indramayu juga memiliki sejarah yang kaya, legenda dan kesenian yang menarik. Salah satu kesenian yang terkenal dari Indramayu adalah berokan.

Berokan

https://dharmaayunagari.blogspot.com
https://dharmaayunagari.blogspot.com

Berokan adalah kesenian tradisional dari Indramayu, Jawa Barat. Kesenian ini berupa pertunjukan topeng yang dimainkan oleh seorang dalang Berokan. Topeng Berokan terbuat dari kayu dan berbentuk seperti singa atau naga. Dalang Berokan akan masuk ke dalam topeng dan mengenakan pakaian yang menyerupai badan raksasa yang kemudian menari-nari.

Berokan berasal dari kata “Barokah” yang berarti keselamatan. Kesenian ini awalnya digunakan sebagai media penyebaran agama Islam di masa lalu. Berokan dianggap sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan Allah. Kesenian ini juga digunakan untuk mengusir roh jahat dan menolak bala. Namun, tidak jarang juga roh jahat yang hendak diusir justru malah balik melawan dalang.

Taryem dan Impiannya

Saat ini, Berokan hanya tampil di acara seperti pesta pernikahan, khitanan, dan acara budaya lainnya. Meskipun kesenian ini menjadi daya tarik wisata dan memiliki nilai seni yang tinggi di Indramayu, dewasa ini peminat, penonton, dan pemainnya pun berkurang drastis. Maka dari itu, Taryem, seorang pemuda di sebuah desa kecil di Indramayu, bercita-cita untuk memperkenalkan pertunjukan Berokan ke masyarakat yang lebih luas. Bahkan bercita-cita untuk go international. Namun, di balik semangat Taryem yang menggebu-gebu, banyak penduduk desa yang skeptis dan takut akan kegelapan di balik pertunjukan tersebut.

Cita-cita taryem yang begitu tinggi, tentu saja harus dibarengi dengan usaha yang gigih juga. Taryem sendiri merupakan seorang petani garam dengan penghasilan yang tidak menentu. Kadang dibayar mahal, dan terkadang dibayar murah. Maka dari itu Taryem memiliki usaha sampingan. Yaitu bekerja sebagai kuli bangunan dan kuli panggul di pasar. Taryem pun di sini tidak sendirian. Dia bersama 4 orang temannya sesama kuli bangunan, memiliki mimpi yang sama. Taryem, Tarjo, Dasem, Cartem, dan Betik, mulai menyisihkan uangnya sedikit demi sedikit hasil keringat mereka untuk membuat grup panggung Berokan.

Cah Dermayu

Tak terasa satu tahun berlalu dengan cepat. Tabungan dari 5 sekawan Taryem, Tarjo, Dasem, Cartem, dan Betik terkumpul sebanyak 35 juta. Mereka merasa dengan uang segitu sudah cukup untuk memulai pertunjukan pentas seni kecil-kecilan. Uang tersebut nantinya akan digunakan untuk membeli keperluan pentas seperti pakaian, topeng, dan beberapa alat musik. Setelah membeli semua keperluan untuk pentas, mereka bingung dengan nama grup Berokan mereka. Dikarenakan mereka semua asli berasal dari Indramayu, tercetuslah ide untuk menamai grup Berokan mereka Cah Dermayu yang berarti Bocah Indramayu atau Anak Indramayu.

Persiapan Pertunjukan

Taryem dengan semangatnya yang membara, mulai merencanakan pertunjukan perdana Cah Dermayu. Dia dan teman-temannya meyakini kalau pertunjukan mereka akan menjadi sebuah pertunjukan yang sukses meskipun kelima sekawan ini belum pernah sama sekali berdiri di atas panggung. Keyakinan ini tentu saja bukan serta merta muncul secara tiba-tiba. Keyakinan dalam hati ini bisa timbul dikarenakan lima sekawan ini dengan rutin dan tekun berlatih memerankan bagiannya masing-masing. Ada yang bermain alat musik seperti gendang, keneng, dan krecek. Taryem lebih memilih untuk berperan sebagai Berokan ditemani bersama temannya, Tarjo.

Pertunjukan Perdana

Kala itu, malam tanggal 7 Oktober 2001 di Indramayu tepatnya di desa Bulak, mereka merencanakan untuk pentas pertama kalinya sekaligus untuk memperingati hari ulang tahun Indramayu. Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang, Indramayu sendiri dipilih karena desa tersebut menyimpan kisah mistis dan memiliki daya tarik  magisnya tersendiri. Kisah mistis yang terkenal adalah tentang 41 monyet kutukan. Di mana kera-kera yang berada di desa ini tidak pernah berkurang ataupun bertambah sejak tahun 1800-an.

Pada malam pertunjukan perdana, penduduk desa berkumpul di lapangan terbuka. Taryem dan kawan-kawannya tampil dengan semangat tinggi. Namun, saat pertunjukan berlangsung, atmosfer menjadi tegang. Ada sesuatu yang aneh terasa di udara, dan sebagian orang mulai merasa tidak nyaman.

Kejadian Misterius

Selama pertunjukan berlangsung, hal-hal aneh terjadi. Cahaya redup, suara-suara aneh, dan mulai bermunculan beberapa ekor monyet. Kemunculan monyet ini dirasa sangat aneh. Pasalnya, antara panggung dan hutan tempat di mana monyet-monyet berhuni tersebut, cukup jauh dan dirasa tidak akan mungkin ada monyet yang menghampiri pertunjukan Berokan Cah Dermayu tersebut. Kejadian tak terduga ini membuat penduduk desa menjadi cemas dan mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pertunjukan Berokan ini. Taryem dan teman-temannya tentu terkejut merasa takut kalau-kalau monyet-monyet itu merusak properti milik mereka.

“AAAAAAAAAA”, teriak salah satu warga yang ditarik rambutnya oleh salah seekor monyet. Benar saja. Ketakutan 5 sekawan ini menjadi kenyataan. Monyet-monyet langsung naik ke atas panggung. Membanting beberapa alat musik dan bahkan merobek pakaian panggung milik Taryem. Tentu saja penduduk yang menyaksikan hal tersebut langsung lari tunggang langgang meninggalkan area pentas seni. Mereka takut menjadi sasaran keganasan monyet-monyet yang semakin bertambah jumlahnya.

Pak Dasem

5 sekawan ini lari menjauhi panggung. Namun hanya Taryem yang berdiam memperhatikan dari kejauhan panggung dan barang-barang Cah Dermayu dirusak oleh kawanan monyet. Di tengah kesedihan Taryem, dia dikejutkan dengan seorang pria paruh baya yang menepuk pundaknya sambil berkata, “Bli usah kwatir, nang. Ana reang”. Dalam bahasa setempat berarti, “Tidak usah khawatir, nak. Ada saya”. Ternyata teman-teman Taryem berlari untuk mencari bantuan sesepuh desa Bulak. Pak Dasem merupakan sesepuh desa Bulak. Pak Dasem datang tidak dengan tangan kosong Terlihat dia membawa sebuah bakhoor dengan kemenyan yang menyala di dalamnya.

Tanpa berlama-lama, Pak Dasem langsung menuju ke tengah panggung. Tepat di mana ada seekor monyet bertubuh sangat besar dan merupakan monyet yang paling besar di antara kawanan monyet lainnya. Anehnya, monyet-monyet lainnya seolah-olah langsung terdiam dan memberi jalan untuk Pak Dasem ini menuju ke tengah panggung. Di tengah panggung, Pak Dasem melafalkan sebuah jampi-jampi. Sambil membaca jampi-jampi tersebut, banyak monyet yang mencoba mencakar Pak Dasem. Namun ajaibnya cakar mereka tidak mampu meraih Pak Dasem yang sedang duduk bersimpuh melafalkan jampi-jampi.

“Cepatlah pergiiii”, gumam Taryem berharap kawanan monyet itu segera pergi. Pak Dasem melafalkan mantra sekitar 5 menit. Namun berbeda dengan Taryam. 5 menit tersebut terasa 5 jam bagi Taryem. Akhirnya setelah 5 menit berlalu. Kawanan monyet tersebut pergi dan kembali ke hutan tempat mereka berdiam.

“Kedatangan pertunjukan Berokan kalian telah mengusik ketenangan di kediaman mereka. Mereka pun meminta agar pertunjukan seperti itu tidak diadakan lagi di tempat itu.” ujar Pak Dasem.

“Baik, pak.” ujar Taryem, Tarjo, Dasem, Cartem, dan Betik berbarengan.

Mimpi

Kejadian buruk tersebut, tidak menyurutkan mimpi Taryem dan teman-temannya. Mereka mulai menyisihkan tabungan mereka lagi dan mulai melakukan pentas seni Berokan. Namun, kali ini Taryem, Tarjo, Dasem, Cartem, dan Betik belajar dari kesalahan. Mereka membawa personil tambahan, Kastem, sebagai orang pintar. Biasanya sebelum diadakan pentas, Kastem akan terlebih dahulu menyisir, membersihkan, dan memberikan perlindungan supranatural agar pentas Berokan dapat berjalan dengan aman dan lancer tanpa gangguan apapun. Sepanjang acara pentas pun, Kastem membakar kemenyan. Namun, aroma dari kemenyan ini menimbulkan nuansa magis yang justru membuat banyak orang penasaran untuk menyaksikan pertunjukan Berokan Cah Dermayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun