Â
Penampilan adalah wujud nampak dari diri kita. Tanda pengenal paling absolut yang sedikit banyak mempengaruhi nilai diri kita di mata orang lain tergantung perspektif mereka melihat diri kita dari sudut yang mana. Tapi sedikit banyak bentuk tubuh ini akan menjadi sebutan kita bagi orang-orang yang tidak terlalu kenal kita, semisal "oh iya, yang gendut itu", "oh iya yang kurus itu", dan lain-lain. Dalam hal ini sepertinya kurus akan menjadi pujian ya, namun seseorang yang berlebihan kurus sepertinya risih juga kalo disebut gitu. Body image ini sesuatu hal yang sangat lumrah dan sering untuk dijadikan bahasan.Â
Ditengah budaya K-Pop dan diet ala artis K-Pop yang melalang buana, banyak dari kita yang terinspirasi untuk memiliki tubuh ideal bak artis K-Pop yang diidolakan (artis apa aja sih mau lokal atau internasional). Ngomongin soal body image, sudah pasti gak mungkin kalo gak bahas si body shaming. Iya si paling sok basa-basi yang gak kerasa ngejatuhin orang. Gara-gara mereka bergaungan lah gerakan body positivity dan gerakan ini masih dibawah naungan mandatori "Self Love".Â
Ya iya, gerah gak sih dikatain mulu. Dari pada cape nanggepinnya mending cintai diri sendiri, Anjay. Lizzo penyanyi asal Amrik juga sering gaungin hal ini. Tapi kayanya hal ini utopis gak sih? kayanya bubble doang. Jadi yang setuju yang yang gemuk-gemuk, yang dukung ya yang gemuk-gemuk diluar itu tetep aja sering terjadi sikap merendahkan, dipandang sebelah mata pada orang dengan berat badan berlebihan.
"Gerakan "body positivity" menentang standar kecantikan konvensional dan tidak realistis. Sebaliknya, ini mempromosikan gagasan bahwa semua tipe tubuh itu indah dan pantas diterima. Tujuannya adalah untuk membantu orang meningkatkan citra tubuh dan harga diri mereka. Terlepas dari potensinya untuk kebaikan, gerakan ini memiliki beberapa kekurangan. Ini melanggengkan fokus pada penampilan, telah gagal mencapai tujuan inklusivitasnya, dan mungkin mendukung beberapa kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat."(Medicalnewstoday.com)Â
Kalo udah kesehatan emang bukan main-main lagi sih. Jadi gerakan ini juga harus memikirkan hal-hal yang akan terjadi seperti hal-hal yang akan diakibatkan oleh obesitas ini dalam jangka waktu panjang. Yang gak boleh itu merendahkan orang lainnya, tapi dari sisi personal tiap orang harus bertanggung jawab atas tubuhnya, Â makanya jika pada akhirnya bentuk badan seperti itu hanya akan membawa pada berbagai penyakit harusnya introspeksi diri lagi aja.Â
Gerakan Body Neutrality
Lizzo (2019) mengatakan bahwa gerakan body positivity terlalu banyak ditunggangi oleh berbagai kepentingan. Komunitas orang berbadan lebar tetap jadi bahan ejekan dan meme diluar sana. Lizzo kemudian menambahkan dan memberitahu tentang gerakan "body neutrality".Â
Lizzo bilang bahwa gerakan ini lebih baik dari pada gerakan "body positivity" yang mana dinilai lebih ke gerakan toxic yang mengarah pada pengabaian kesehatan. Ia bilang bahwa gerakan "body neutrality" lebih mengarahkan penekanan kepada fungsi tubuh alih-alih penampilannya. Meredith Nisbet, seorang supervisor di Eating Recovery Center, menambahkan bahwa kenetralan tubuh juga merupakan gagasan bahwa kita tetap dapat merawat tubuh kita meskipun kita tidak menganggapnya secara positif.
Nah,gimana? apa mau berpindah gerakan ke body neutrality?
Referensi :
www.medicalnewstoday.com (body positivity)
www.glamour.com (lizzo-body-positivity-movement-tiktok)
www.usatoday.com (lizzo-criticized-body-positivity-what-body-neutrality)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H