Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Antara Introvert dan Pekerjaan

14 Maret 2020   13:15 Diperbarui: 14 Maret 2020   21:11 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.

Baru-baru ini aku dihadapkan pada fakta tidak mengenakkan. Jujur saja aku katakan bahwa aku adalah seorang introvert. Dan kondisinya ialah sedang difase mencari pekerjaan dan mencari pemaknaan diri tentang menjadi bagian dalam pergaulan dan terjun menjadi bagian dari masyarakat.

Benar, orang tuaku bilang dunia pekerjaan ialah dunia nyata yang akan jauh berbeda dengan ketika kuliah/sekolah. Terlebih untuk orang yang kaku sepertiku. 

Aku tidak malas, belajar dikelas dengan baik ketika sekolah, tata tertib gaada yang dilanggar, tugas selalu dikerjain, dan ya jarang nyontek serta jujur dalam setiap tugas (ga kaya sering joki orang). 

Tapi dunia nyata menamparku. Pada akhirnya orang yang mudah mendapat pekerjaan ialah orang-orang yang fleksibel dan mudah beradaptasi.

Ia yang dicari oleh orang-orang di industri 4.0 ini salah duanya ialah baik dalam komunikasi dan kolaborasi. 

Kesulitan mencari pekerjaanku tak dapatku pungkiri salahsatunya dikarenakan kurangnya koneksi yang ku punya dan kurangnya aku bertanya tentang lowongan pekerjaan kepada orang lain secara langsung selain dari online atau aplikasi.

Lalu aku bertanya.

Ketika seseorang atau sebuah instansi mencari sebuah kandidiat untuk dapat bergabung dalam perusahaannya tentu saja ia menetapkan berbagai keriteria yang harus dimiliki. 

Namun masalahnya ialah aku sadar diri bahwa kekurangan yang kumiliki benar-benar signifikan mempengaruhi keriteria pekerjaan yang dibutuhkan. Kurang bergaul, canggung sama orang baru, lama beradaptasi, pelupa, ceroboh, serta cenderung suka sendirian. Mudahnya introvert. Apakah ada perusahaan yang mampu mentolerir sifat ini? Atau bahkan aku bukan hanya introvert tapi fobsos? Ahhh damn.

Tapi aku percaya mendapatkannya hanya soal waktu, yang penting ialah bagaimana kita mau mengisinya. Ga harus sesuatu yang menghasilkan juga gapapa, seperti jalani hobi, baca buku, ya apapun yang bisa dilakukan sesuai karakter.

Mindset

Dalam tahap penerimaan diri, ku banyak menambah referensiku mengenai kepribadian ini. Dalam pencarian tersebut ku sering membaca buku, artikel, mendengar podcast, menonton youtube terkai t pembicaraan atau obrolan yang mengarah pada orang yang sedang membagikan bagaimana mindset mereka mengenai sesuatu. Dari banyaknya orang/akun yang aku ikuti salah satunya dulu yang sering kuliat ialah video bang Uus. Kontroversial bangetlah, dia kaya lagi ngepopulerin untuk menjadi pribadi yang jujur didepan media. Yang kulihat adalah sebuah bentuk penerimaan diri lewat kejujuran yang berkesan arogan, pengabaian moral dan kepremanan gitu. Tapi tetap ada satu kata yang aku liat dari dia yaitu "jujur".

Namun dalam batasannya menurutku ga harus segamblang dia dalam mengutarakan opini, terlebih jika memang kurang berwawasan pada topik tertentu dan akhirnya membuat statement salah kaprah yang cenderung subjektif. Tapi dibalik itu banyak juga influencer yang membicarakan tentang opininya, tapi sebagai penonton kita harus biasakan tau mana yang opini dan mana yang fakta. Sehingga kita tau bahwa ga semua perkataan influencer itu baik untuk kita adopsi.

Bekerja

ku punya pengalaman unik menganai bekerja ini. Beberapa waktu lalu, aku diberi kesempatan untuk bekerja disalah satu sekolah swasta yang mana tempat sekolah ku dulu. Karena ya agak stres juga setelah banyak mengirim lamaran via online ke beberapa perusahaan yang lama belum dapet jawaban akhirnya aku mikir " ya coba aja lah", selain itu temanku bilang gaada salahnya mencoba dan kalo gak cocok bisa resign.

Aku tergolong orang yang idealis, meski gaji kecil karena lokasinya dekat dan punya prospek kedepan sebagai tenaga pengajar maka aku lakonilah pekerjaan tersebut. 

Meski simpang siur mengenai kesejahteraan guru yang kurang enak didengar tapi karena aku pernah ketika merenung bilang "kayanya mengajar itu asik dan apalagi bisa dapet pahala karena membagikan ilmu yang kita punya dan atau mengajari ilmu baru".

Kupikir itu salah satu doaku yang didengar, tapi aku malah resign di jam pulang setelah hari pertama bekerja. Aku mungkin manja atau apa  ya, terserah kalian mau nilai apa tapi aku punya satu alasan untuk memilih resign. 

Ya, karena kurang mengekspresikan bakat dan mengembangkan keahlianku sendiri. Aku berpikir kedepan seketika dan menjalanii hari-hari pekerjaan sebagai penjaga gudang alat dan memastikan barang tidak hilang? 

Yang benar saja itu bukan bekerja, mungkin sama kaya satpam tapi aku gak mau, lagian kaya makan gaji buta dan apalagi aku bukan tipikal yang suka ngobrol untuk mencari kesenangan dan mengisi waktu luang. Aku mantapkan untuk langsung bicara ke yang bersangkutan untuk resign dengan alasan sejujur-jujurnya. 

Oiya aku melewatkan cerita gimana aku dari awal dateng ke sekolah (tempat kerja) keringetan deras, meskipun saat itu sedang mendung. Haha.. parah banget. Terus kaya ngehindar kontak dengan guru-guru, karena canggung banget dan gasuka lah. Terlebih mereka kan guruku dulu, aku masih menetapkan kesenjangan antara murid dan guru disana. 

Tapi untuk sekedar sapa aku bisa, kalo harus ngobrol pas ketemu tiap hari bingung duh gurunya banyak orang baru pula dan gasuka basa basi pula. Duh harus diupgrade diri ini nih. 

Mulai harus sering-sering interaksi, lewat hal-hal yang aku sukai biar ngumpulnya sama orang-orang ynag satu concern meskipun aga sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun