Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertambah Usia, Dewasa, dan Idealisme

8 Juli 2019   10:54 Diperbarui: 23 Juli 2023   19:28 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita hidup tak pernah terlepas oleh waktu. Waktu mungkin menjadi penanda paling absolut mengenai segala hal di alam semesta ini. Kita terpaut oleh waktu menjalani repetisi keseharian dengan bergerak maju menambah usia lalu terlewatilah pengalaman-pengalaman didalamya. Menginjak usia 20 tahun, entah mengapa kehidupan seolah mulai serius menunjukan warnanya. 

Pada usia ini masalah-masalah serius seolah berdatangan menguji kepribadian kita untuk  dapat menetapkan suatu pilihan-pilihan yang dituntut oleh waktu itu sendiri.

Pada usia 20 ku mulai menyadari bahwa tiap usia mempunyai periode-periode yang menuntut kita untuk mulai mempertanyakan pencapaian-pencapaian yang telah dilalui, untuk hanya sekedar diisi pada CV kita kelak, atau sekedar merenungi jejak sendiri karena merasa waktu begitu cepat berlalu saat kau baru saja berada pada waktu di transisi lulus kuliah, lalu ada tuntutan untuk menetapkan langkah berikutnya seperti mau lanjut kuliah, nyari kerja, atau bahkan mulai memikirkan soal jodoh dan pernikahan.

Usia 20-an dan Kedewasaan

Bicara soal usia 20, maka kurang rasanya kalo belum membahas perihal "dewasa". Kalau menurut IDN Times dewasa adalah suatu tingkatan di mana seseorang menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi suatu hal. 

Sedangkan secara harfiah dalam KBBI menyatakan, dewasa ialah; sampai umur, akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja), telah mencapai kematangan kelamin, matang (tentang pikiran, pandangan, dsb.)

Ya begitulah teorinya, namun aku yakin jika setiap orang mempunyai definisinya sendiri tentang apa itu dewasa. Saking senengnya aku sama topik seperti ini, kalau di Instagram ada yang ngebahas ini langsung menarik perhatianku. 

Seperti yang dilakukan oleh akun "Menjadi Manusia". Akun tersebut banyak memberikan wawasan soal kehidupan dan kebetulan waktu itu ngebahas topik soal dewasa dengan konten video berisi seperti wawancara pada tiap orang dan bertanya opini mereka soal "apa itu menjadi dewasa". Boleh di cek lo.. menarik.. bukan hanya satu konten itu aja.

Bagi aku pribadi, dewasa ialah saat kita tak lagi memikirkan soal menyenangkan ego diri sendiri dan mulai belajar untuk melihat sekitar dan mempertanyakan apasaja kewajiban kita terhadap mereka. 

Menjadi dewasa berarti mulai dapat berkompromi ketika kita mempunyai perbedaan pendapat dengan orang lain dan berkompromi soal harapan yang tak kunjung menjadi kenyataan, dan mampu menghadapi segala situasi dengan kepala dingin dan rasional.

Lalu apa korelasi antara usia dan kedewasaan? Dewasa dan usia sering dikaitkan karena seperti yang ku bahas diatas, usia mempunyai tuntutan tersendiri. Bayangkan saja sejak bayi pun usia menjadi tolak ukur tuntutan pencapaian bukan? Seperti misal pada usia segini harus sudah bisa berjalan, harus sudah bisa berbicara, dan tuntutan-tuntutan lainnya.

Apakah semakin bertambahnya usia setiap orang semakin menjadi lebih dewasa? Jawabannya bisa ia dan tidak. Tiap orang dalam menyikapi masalah berbeda-beda, ada yang berusaha untuk menjadi lebih baik atau ada yang memperjuangkan gerakan "menjadi diri sendiri" yang padahal terselubung didalamnya ego untuk tak mau berubah. 

Usia menuntut dewasa karena semakin besar angka usia kita berarti banyak pula pengalaman-pengalaman terlewati, kita sudah paling tidak banyak sekali berkomunikasi, melewati peristiwa, dan melihat bagaimana orang lain dalam menjalani kehidupan sehingga mempunyai banyak referensi yang dapat mempengaruhi cara kita dalam menjalani kehidupan.

Topik menjadi dewasa ini terkadang menyebalkan dikala tertentu, seperti disaat orang lain yang menuntutmu dewasa padahal kau sendiri tau apa itu dewasa dan rasanya definisi dewasa versimu kurang dihargai.

Menjadi dewasa itu tak lagi menyenangkan

"Aku tak ingin menjadi dewasa dan jadi orang yang membosankan". Entah dari mana kalimat itu datang dipikiranku, namun yang ku ingat itu pesan tersirat yang ku ambil setelah menonton film animasi "The Little Prince". 

Ada yang tahu? Aku hampir setuju sama pendapatnya, menjadi orang dewasa itu membosankan karena kita mempunyai tuntutan-tuntutan sosial dan banyak menemui diri kita yang harus merubah sikap karena suatu hal yang sebenarnya wajar-wajar saja.

Image. Awalnya aku ga terlalu peka sama kata "image". Sampai aku merasa klop sama kata "topeng". Kusadari semakin besar banyak orang memakai topeng agar diterima di sosial, seperti ingin terlihat baik, berpura-pura ramah, ada yang baik didepan sementara dibelakang ngomongin, dsb. Tapi aku ga bisa nyebut orang lain selalu memakai "topeng" padahal sadar gak sadar aku hampir selalu menggunakan "topeng" tersebut. 

Pikirku aku memang orang yang cuek, gak suka basa-basi, dan emang suka sendiri. Dari sana aku selalu memegang kata-kata "menjadi diri sendiri". Aku sebisa mungkin cukup melakukan sesuatu dan bereaksi sebagai mana diriku yang asli, namun kusadari ketika harus bertemu orang baru rasanya atas dasar rasa ingin dipandang "baik" terkadang aku berkomunikasi dengan cara yang tidak biasa seperti sebelumnya.

Anehnya, dengan cara yag tidak kusangka-sangka diriku dilingkungan yang baru serasa seperti membuat diriku berada pada kepribadian yang baru. Cara komunikasi, caraku bereaksi, gestur, mengikuti sebagaimana aku ingin dihargai berada dilingkungan sosial tertentu.

Idealisme

Di atas, aku sempat menyinggung soal transisi setelah baru lulus kuliah. Jika ada kata yang tepat untuk menjelaskan perasaanku ketika berada di momen itu, mungkin "dilema" kata yang tepat. Ya, dilema. 

Mana mungkin enggak, setelah menjalani 9 tahun wajib belajar kemudian dilanjut SMK dan Kuliah, rencana berikutnya punya banyak opsi. Pendidikan selalu menjadi keseharianku setidaknya untuk beberapa tahun kebelakang. 

Harapannya ialah menjadi pribadi yang tidak berhenti untuk belajar meskipun tak lagi mempunyai status "pelajar/mahasiswa". Tapi rasanya engga juga, kadang tiap kali ada tugas rasanya ngerjainnya males-malesan, terus untuk hadir ke kelas aja rasanya Cuma mau ngisi absensi aja. 

Jadi gak se-ideal itu aku bertahun-tahun sekolah, tak lekas membuatku terprogram untuk mencari tau apa yang tidak ku ketahui, karena sejujur-jujurnya bagian terbaik dari semua rutinitas repetisi monoton tersebut ialah main/ngumpul bareng temen. 

Jadi waktu udah ga sekolah lagi, yang dicari itu temen buat nemenin sehari-hari aja bukan ilmunya. Maka sangat beruntung kalo punya temen yang emang passioned banget belajar, kamu temenan sekaligus belajar.

Bicara soal idealisme, tiap orang pasti punya rencana apa saja yang akan dilakukan dimasa depan nanti. Terkadang idealisme jangan terlalu jauh dari realita, takutnya malah membuat stres karena punya keinginan yang tidak terpenuhi. 

Idealisme sendiri apakah perwujudan dari seseorang yang bersikap perfeksionis? Idealis itu memegang keyakinan dan mempertahankannya dengan disiplin guna menjadi pribadi yang berprinsip. 

Tapi mungkin idealis harus diimbangi sama kedewasaan. Karena dengan segala hiruk pikuk dunia, tak semua hal harus dipaksakan sesuai dengan keinginan kita bukan? Harus bisa bersabar, menahan diri, atau melakukan perubahan rencana.

Bagiku hidup berprinsip itu perlu, agar tak menjadi pribadi yang plin-plan dan Cuma ngikutin orang-orang. Prinsip hidup membuat seseorang tidak mudah terpengaruh dan dipengaruhi oleh orang lain, mampu melewati masalah secara berani karena atas dasar pilihan sendiri sehingga punya kepercayaan diri karena setidaknya belajar untuk bertanggung jawab terhadap masalah pribadi dan tidak bisa menyalahkan orang lain. 

Dari sana ku ketahui bahwa usia menuntut dewasa dan menjadi dewasa butuh idealisme agar menjadi pribadi yang mandiri baik dalam menanggapi masalah, menentukan pilihan, atau menyikapi hal-hal yang berada diluar kendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun