Setiap individu mempunyai daya tariknya tersendiri, entah pintar, ramah, cakap dalam berbicara, berprestasi, rupawan, kaya, dan lainnya tergantung dari perspektif individu yang menilai itu sendiri tentunya, dalam hal ini aku ingin membahas dalam perspektif lawan jenis.
Misal orang yang emang suka orang yang berprestasi tentu akan suka tipikal lawan jenis dengan "prestasi" yang menjulang dan itulah satu contoh bagaimana daya tarik dikaitkan dengan perspektif tiap orang dengan segala substansi ke-subjektivitasnya.
Masih dalam perspektif lawan jenis, coba deh kita nilai orang terdekat kita dan uraikan dipikiran kita apa saja daya tarik yang dimilikinya. Setelah selesai menguraikan apakah anda akan berpikir penilaian anda akan sama dengan orang lain? Tentu saja tidak, ada alasan yang mendasari kenapa terjadi perbedaan pendapat salah satunya yaitu "kesan".
Dalam dunia sosial, orang terbiasa menilai orang lain berdasarkan akumulasi dari setiap apa yang telah orang itu lakukan dalam tabiat kesehariannya (sekedar yang ia ketahui). Itulah mengapa sering kali kita dapati misal orang yang dekat dengan kita mendapat kesan baik dimata orang lain namun justru dimata kita sebagai orang terdekatnya merasa bahwa dia gak seperti yang orang bayangkan (dalam hal positif).
Ini berkaitan dengan pola pertemuan dan banyaknya interaksi yang dilakukan sehingga terkadang orang yang dekat dengan kita menunjukkan sifat buruknya terhadap kita bukan bermaksud ingin dibenci, bukan bermaksud merendahkan, bukan tak menghargai, tapi justru karena kedekatan.
Saking deketnya sampe-sampe lupa kalau dia juga punya kewajiban memperlakukan orang terdekatnya dengan baik, yang paling kontras adalah ketika orang terdekat kita setiap hari suka menunjukkan wajah garang dan malas lalu disaat ada temannya main seketika wajah berseri dan menunjukkan sifat ramah. Hmm fake smile....Poker face..
Back to the main topic
Dari argumen diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa kesan kita terhadap seseorang didapat dari interpretasi kita terhadap orang tersebut berdasarkan informasi yang kita miliki dari gerak gerik kesehariannya.
Ini semua tentang kesan, semua orang bisa bermain-main dengan "kesan". Postingan dalam media sosial menunjukkan bagaimana ia ingin tampil didepan publik dan ingin dinilai seperti apa. Semua orang punya daya tarik, eksploitasilah daya tarik lo.. yang perlu lo lakuin ialah cari daya tarik lo. Duh gaya bahasanya jadi beda gini..Â
Daya tarik mendasar manusia
Sebagaimana pernah denger lirik lagu "dari mata turun kehati", yep "mata" masih menjadi standar penilaian yang paling medasar dalam menilai lawan jenis. Rupawan sudah pasti jelas impian setiap insan, tapi biasanya harus di-imingimingi sifat lain kaya misal, "gue suka cewe cantik dan soleh", "gue suka cewe yang cantik, tinggi, dan yang pasti putih", "gue suka cewe cantik yang mandiri", "gue suka cowo tampan yang brewokan", "gue suka cowo yang tampan dan soleh", dan tipikal-tipikal standar ideal rupawan versi lain-lainnya.
Disisi lain, aku yang dalam hal ini suka berpikir kritis dalam segala hal mempunyai argumen bahwa "Serupawan apapun dirimu, sebanyak apapun kelebihanmu janganlah merasa telah menjadi manusia yang telah diatas manusia yang lainnya. Mau muka rupawan, tinggi, putih, stylish, tajir, soleh, dermawan mungkin kita disukai banyak orang tapi dalam hal lawan jenis pada akhirnya setiap kita berakhir pada suatu titik dimana kita akan bertemu dengan pasangan yang mana itu hanya satu orang (kalo gak rencana poligami). Artinya popularitas itu hanyalah semu, cukup disukai oleh pasangan halalmu (dalam hal perasaan suka lawan jenis) itu saja sudah cukup.