Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Olahraga, Olahjiwa, Olahotak

14 Februari 2018   15:46 Diperbarui: 14 Februari 2018   16:11 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjalani kehidupan yang panjang, kita bisa mengungkapkan rasa syukur dengan menjaga apa yang telah Allah SWT. berikan kepada kita yakni tubuh, hati dan pikiran kita. Jika kita menyadari pentingnya hidup sehat, maka kita mengetahui betul pentingnya berolah raga. Berolahraga ialah suatu bentuk kita dalam mensyukuri nikmat-Nya yakni dengan menjaga tubuh tetap sehat.

Akhir-akhir ini begitulah yang terjadi pada penulis, saya merasakan betapa pentingnya berolahraga hingga menjalani kegiatan ini rutin karena mengetahui manfaatnya. Namun setelah melakoni kegiatan ini dengan rutin sempat terbelsit pikiran "olah, raga. Btw, olah jiwanya kapan ya?". 

Hal ini hanyalah sedikit dari renungan hati yang banyak mempertanyakan tentang setiap alasan dalam melakukan sesuatu. "Manusia itu ada jiwa, raga, dan pikiran. Bukan hanya raganya aja yang diolah, tapi jiwa dan pikirannya juga. Dianalogikan ibarat perut yang lapar ketika belum makan, maka hati (jiwa) pikiran dan raga begitulah mereka" kira-kira begitulah self talk nya. Mungkin ini bisa menjawab kegalauan-kegalauan apa yang entah datang tanpa sebab ketika merenungkan hal-hal di dunia ini bagi pribadi. 

Jadi, hati akan merasa hampa jika tidak diberi "makan" oleh siraman-siraman rohani, otak akan merasa kosong jika tidak diberi asupan "masalah" dan jika jarang digunakan akan kedul dan mungkin memperbesar rasa malas, tubuh (raga) pun begitu, ia punya hak untuk dipekerjakan (melakukan pekerjaan fisik seperti bergerak) dan mager menyebabkan potensi tubuh tidak tersalurkan dengan baik.

Dalam memenuhi segala hak-hak tubuh kita, kita akan merasa lebih baik dan mungkin akan merasakan perasaan lega jika semua kebutuhan terpenuhi. 

Penuhilah hak-hak tubuhmu, setelah itu imanmu, setelah itu ilmumu.

Jika ada dalam tulisan yang tidak tepat sasaran atau menyinggung, penulis terbuka untuk berdiskusi. Thank's

*Hasil tulisan murni kicauan keresahan hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun