Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berhala Gelar dan IPK

18 November 2024   07:10 Diperbarui: 18 November 2024   11:55 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulanya, ia hanya menseleksi para pelamar , anak anak muda yang berasal dari universitas universitas yang top top dengan IPK yang tinggi tinggi untuk diwawancari. Yang lain, ia singkirkan.

Namun, 'Begitu wawancara', demikian tuturnya, ' kekecewaan demi kekecewaan terjadi. Ini anak IPK nya tinggi, tetapi  waktu ngomong ia tidak bisa menyimpulkan pokok pokok fikirannya. Ditanya sesuatu, tetapi ngalor ngidul kemana mana'

'Akhirnya saya mengais ngais yang tadi saya buang, anak anak yang universitas nya gak jelas dan dengan IPK rata rata, tetapi memiliki pengalaman kerja, saya panggil' 'Dan, saya terkaget kaget , saya menemukan banyak sekali mutiara yang telah saya buang

'Ini artinya', lanjut beliau, 'IPK yang tinggi dan sekolah yang hebat tidak menjamin hasilnya akan sesuai dengan  apa yang kita bayangkan'

Dari Susi dan Andy F Noya , kita bisa belajar bahwa kehidupan ini tak bisa hanya dibangun dari hal - hal kognitif semata , yang hanya bisa didapatkan dari bangku sekolah ataupun perkuliahan saja.

Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu - ilmu lain, seperti ilmu hukum, ilmu sosial dan lain lain yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi  ( metakognisi ), semuanya sia-sia.

Susi  mungkin tak sehebat kita yang senang 'memberhalakan' kehebatan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada ijazah, gelar dan IPK.

Dalam konteks inilah kita dapat memahami ' petuah ' yang disampaikan oleh Prof. Dr.Teguh Prasetyo,SH,MSi, penulis lebih dari 50 buku hukum dan penggagas Teori Keadilan Bermartabat saat saya sowan ke rumah beliau di Tangerang.

Beliau mengatakan, ' Kepiawaian atau kehebatan seseorang tidak dilihat dari prestasi akademisnya yang cumlaude atau gelarnya yang hebat, namun dinilai dari hasil karya, buah pemikirannya atau kinerjanya dalam menerapkan kemampuan akademisnya di dunia nyata'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun