'Mohon do'a do'a nya ya dok.....'
Ucapan yang amat mengharukan dari istri sahabatku masih terngiang ngiang di telingaku saat aku meninggalkan rumah sakit tempat sahabatku itu dirawat.
Dia kembali didera penyakit yang membuatnya harus masuk ke rumah sakit. Dokter yang merawat memintanya untuk beristirahat total selama beberapa bulan dan melarangnya untuk melakukan aktivitas apapun.
Tentu saja, keadaan seperti ini terasa sangat pedih dan menyakitkan. Â Aku dapat merasakan penderitaan yang akan dihadapinya, yang aku tidak mungkin sanggup memikulnya, bahkan sekalipun hanya sekedar membayangkannya.
Bukan saja penderitaan fisik, namun lebih dari itu.
Sebagai hamba Tuhan yang telah beriktikad untuk menjalani profesi dokter sebagai jalan hidup kami, melayani orang orang yang membutuhkan pertolongan kami telah menjadi 'ruh dan semangat' yang membuat hidup kami terasa lebih bermakna.
Namun, kini rekan sejawatku itu hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Siapapun pasti akan iba melihatnya. Dia tidak lagi bisa memeriksa dan mengobati pasien pasiennya yang datang berobat ke tempat prakteknya ataupun tidak lagi bisa melakukan operasi di kamar operasi.
Kuambil telepon genggamku dan kuketikkan sesuatu yang membesarkan hatiku. 'Hatiku.......!, bukan hatinya !.
'Saudaraku, seandainya kamu tahu bahwa kamu sedang dalam proses dimuliakan karena sakitmu. Tidak semua manusia paham bagaimana kasihnya Tuhan berlaku. Betapa Tuhan sayang padamu dengan memberikan penderitaan untuk membersihkan dosa-dosamu'
Rasanya tak mampu aku meneruskan kata kataku untuk menyempurnakan tulisanku........tetapi, aku harus menyampaikannya.
Imam Ali as mengajarkan bahwa kefakiran, penyakit badan dan penyakit hati merupakan cobaan yang sesungguhnya bagian dari proses pembersihan (tamhis) dari dosa dosa yang telah kita buat di dunia ini. Karena itu, semestinya kita menyambut gembira proses itu, bukan malah bersedih apalagi meratap.