Mohon tunggu...
Riki Tampati
Riki Tampati Mohon Tunggu... Guru - Guru / SMP Taruna Bhakti

belajar dan mengajar

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perilaku dan Tutur Bahasa Generasi Milenial

4 Desember 2023   22:38 Diperbarui: 5 Desember 2023   01:16 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan saat ini sedang tidak baik-baik saja,  seringkali ditemukan anak-anak generasi milenial kategori Z dan alpha berkomunikasi menggunakan bahasa yang tidak baik dan terjadinya degradasi moral.  Banyak faktor yang mengakibatkan generasi milenial (Z dan alpha) terkontaminasi bahasa komunikasi yang kasar dan perilaku yang tidak patut untuk dicontoh salah satunya adalah faktor media sosial. Saat ini,  tidak jarang generasi milenial (Z dan alpha) memiliki gawai/ponsel sehingga tidak adanya filterisasi dalam penggunaan gawai. Sudah ditemukan juga berbagai influencer dan konten kreator dari beberapa media sosial (youtube, tiktok, dan instagram) yang menjadi pusat perhatian generasi milenial (Z dan alpha). 

Sejatinya memang generasi milenial (Z dan alpha) tidak dapat terlepaskan dari digitalisasi karena salah satu karakteristik generasi milenial (Z dan alpha) adalah dikelilingi oleh teknologi sejak dini, oleh karena itu mereka cenederung lebih pintar, kritis dan lebih mudah memahami sesuai secara sistematis. Namun jika tidak adanya filterisasi dari orang tua dan guru maka akan membawa dampak buruk bagi generasi milenial (Z dan alpha). Dampak buruk yang sering ditemukan adalah generasi milenial (Z dan alpha) mengalami degradasi moral/akhlak dan degradasi tutur bahasa. Penulis mendapatkan hasil wawancara dari beberapa anak generasi milenial (Z dan alpha) menanyakan maksud dari ucapan kasar yang seringkali diucapkan setiap di akhir kalimat saat berkomunikasi. Seperti contoh : "eh, engga begitu, a*****". Sebagian besar jawaban mereka adalah : 

1. agar lebih terlihat keren

2. terlihat lebih natural dan akrab ketika berbicara 

3.  tidak tahu

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa mereka menggunakan bahasa tersebut hanya sebagai kontestasi identitas yaitu berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan khalayak. Begitupun perilaku yang dilakukan. Sebagian besar mereka tidak tahu bahwa perilaku yang dilakukan akan membawa dampak buruk bagi mereka sendiri dan sadar tidak sadar moral mereka telah mengalami degradasi. Berdasarkan fakta lingkungan di atas, maka tugas sebagai orang tua dan guru adalah memfilterisasi kegiatan generasi milenial (Z dan alpha) dalam menggunakan gawai/ponsel dan mengarahkan untuk memilih sumber konten yang membawa dampak positif bagi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun