Mohon tunggu...
Riki Rachman
Riki Rachman Mohon Tunggu... -

Karena manusia tidak bisa TIDAK berkomunikasi, maka bercerita melalui tulisan adalah bentuk kebutuhan bagi saya untuk saat ini. Sangat antusias menjadi seorang pembicara dan percaya bahwa a well-spent day brings happy sleep :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tips Berkomunikasi #Part1

31 Juli 2011   14:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah ketika anda berulang tahun menerima sebuah kiriman di dinding facebook yang berisikan ucapan selamat ulang tahun? atau ketika menyambut datangnya Ramadhan, sepertinya kita kerap mendapatkan sms permohonan maaf yang dikirimkan oleh sanak keluarga maupun kerabat.

Dalam beberapa momen, tradisi saling mengirimkan pesan singkat berupa sms memang sering kita lakukan sebagai bentuk komunikasi dan interaksi untuk menjalin kembali rasa kekeluargaan yang mungkin selama ini hilang karena rutinitas maupun kegiatan yang padat. Dalam dunia komunikasi, berkomunikasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa tidak kita lakukan, keberadaan manusia sebagai makhluk yang kosong memaksa manusia untuk mencari sebuah kepastian, atau mengurangi kecemasan dan kesendiriannya, untuk itulah manusia berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Pesan komunikasi yang kita sampaikan mencerminkan siapa kita dan bagaimana kita menganggap orang yang kita ajak berkomunikasi. semakin personal pesan yang kita tujukan kepada lawan bicara, semakin dalam juga derajat keakraban yang kita rajut. Pesan komunikasi yang ditujukan secara personal akan lebih menyentuh orang yang kita libatkan dalam proses komunikasi tersebut. Karena pada dasarnya setiap individu adalah unik dan spesial, maka ketika kita diperlakukan secara spesial dan personal, hal itu tentu terasa menyenangkan, feedback yang didapatkan pun tentu akan berdampak pada derajat keakraban yang semakin hangat.

Tapi, apakah saya punya waktu untuk mengirimkan sms satu persatu kepada seluruh teman-teman saya di handphone?

Ketika kita meluangkan waktu untuk benar-benar ingin meminta maaf, tak bisakah kita melakukannya dengan tulus? setiap individu di dunia ini diberikan porsi waktu yang sama oleh Tuhan, 24jam sehari. Ketika kita mencoba mengirimkan sebuah pesan secara personal, hal itu sebenarnya mencerminkan ketulusan kita yang mendalam serta menunjukkan betapa kita menghargai orang yang kita kirimi pesan tersebut.

Tentunya saya tidak mengatakan upaya mem-blast sms secara masif merupakan tindakan yang salah, dalam tahap ini, setidaknya kita sudah berusaha untuk menjalin kembali silaturahmi, namun akan lebih special jika kita mengemas pesan sms yang ingin kita komunikasikan dengan lebih personal sebagai bentuk ketulusan kita :)

Setahun yang lalu, saya sempat mendapatkan email dari rektor saya Bpk Anies Baswedan seperti berikut:

Riki yang saya banggakan

Kemenangan di hari ini harus kita syukuri. Kemenangan di hari ini harus pula kita jaga. InsyaAllah kemenangan ini adalah hasil latihan, hasil kesungguhan, dan akan mengantarkan kita menuju ketaqwaan.

Dengan barakah, rahmat, dan ridla Allah, kita pertahankan optimisme untuk mengarungi samudra perjuangan dan insyaAllah meraih kemenangan-kemenangan baru di masa yang akan datang.

Saya ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriah. Taqabalallahu mina wa minkum. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Sekali lagi, selamat merayakan Hari Kemenangan dan salam untuk keluarga.

Salam Hangat,

Anies Baswedan

Membaca email tersebut, tentunya membuat saya terharu, mungkin email tersebut dikirimkan oleh asistennya, namun yang membuat saya terkesan adalah bagaimana beliau mengemas pesan komunikasi tersebut dengan lebih personal dan menyentuh.

Notes ini sengaja saya buat untuk berbagi pandangan dan ilmu yang saya dapatkan selama perkuliahan, semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang saling memperhatikan dengan tulus :)

Mulailah berkomunikasi dengan lebih personal, karena itu mencerminkan siapa kita dan bagaimana kita menganggap orang yang kita ajak berbicara.

Selamat menjalankan ibadah puasa

Wassalamualaikum,

@permanarikie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun