Mohon tunggu...
Riki Hifni
Riki Hifni Mohon Tunggu... Freelancer - Seseorang yang mengagumi kata-kata

Lahir di Pasuruan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Lelaki Brengsek untuk Wanita Pujaannya

24 Juni 2021   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:55 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita yang memiliki paras indah nan rupawan, kebiasaan nya tiap kali menghampiri seorang laki-laki itu sedang berada di ujung café sedang asik menghisap rokoknya, ia menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian yang panjang ditambah dengan jilbab yang lebar. Nampak terlihat mendominasi keimanan kawan atau wanita yang seumuran denganya. Sehingga, tiap lelaki yang pernah bersua denganya tak pernah berfikir sedetik pun bahwa ia adalah wanita nakal. Dan ya, itu memang benar adanya, dia adalah wanita yang berbeda.

Wanita itu sebenarnya jarang bergaul dengan lelaki, post foto di media sosial nya juga tak memasang wajah aslinya, malah kebanyakan hanya gambar dan kata-kata. Itulah mengapa ia disebut wanita yang berbeda. Berbeda dengan sebagaimana rekan dan koleganya yang gaul dan terbuka kepada siapa saja, liburan bareng, Camping¸naik gunung, pergi ke pantai dan mengunjungi tempat-tempat wisata yang Instagramable maupun sekadar Hang out bersama dengan kebanyakan teman lelaki.

Itulah alasan dibalik mengapa lelaki brengsek ini tak memiliki keberanian dan banyak tingkah bila bertemu dengan nya, selain karena menjaga image dan juga citra, lelaki brengsek ini juga sadar jika wanita yang baik dan berbeda dengan yang lain ini harus diperlakukan dengan semestinya. Sekali duakali ditemui nya wanita tersebut lantas lelaki brengsek ini memberanikan diri untuk sekedar mengajaknya untuk berbincang tentang segala aktifitas harian, cerita tentang pengalaman di kedai kopi. Ya, hanya sebatas itu, topik perbincangan yang dilakukan oleh si lelaki brengsek ini. Tak pernah terbesit asa sedikit pun untuk membawanya ke penginapan bercinta sampai puas hingga pagi.

Wanita itu terlahir dan berasal dari sebuah desa kecil di pegunungan bagian barat. Sementara lelaki brengsek ini lahir dan tumbuh meremaja di pesisir pantai teluk utara. Kami dipisahkan oleh aliran sungai deras yang membentang luas hingga menembus laut. Karena berjauhan, waktu kami untuk bertemu untuk bertegur senyum hanya dalam batas kondisi sempat dengan waktu paling maksimal satu kali dalam sebulan. Setiap selesai pertemuan antara lelaki brengsek ini dengan wanita itu, lelaki ini langsung menuju tempat tinggal sementara nya yakni kontrakan atau sekadar singgah terlebih dahulu di sebuah kedai kafe untuk menghisap sebatang rokok dan bercanda ria dengan rekan nya tapi juga terkadang lelaki ini mendiskusikan hal-hal progresif hingga kisah asmaranya yang terkadang terdengar konyol bersama rekan-rekan di kedai kopi itu.

Sungguh, wanita itu memang berbeda. Tiap kali lelaki brengsek ini bertemu dengan nya, lelaki ini selalu berfikir positif dan menganggap wanita seperti itu adalah perempuan baik dan tak pantas untuk di ghibah. Lelaki brengsek yang tak punya gambaran akan masa depan nya sendiri ini juga sadar diri bahwa perilaku yang kotor dalam dunia asmara belum bisa ia tinggalkan. Entah karena addict bercinta atau memang itu sudah menjadi ritual privasinya, tetapi satu hal yang jelas hal itu betul-betul membuat nya dicap sebagai Bangsat yang terkutuk dan takkan pernah termaafkan.

Akibatnya, terhadap masa depan pun ia tak tau. Ia pasrahkan semua pada dunia. Entah dunia akan membuatnya semakin hancur ber keeping keeping atau malah nasib baik yang datang pada nya. Ia paham betul tentang hal itu akan menjadi konsekuensi yang siap ia terima. Ah, siapa sih yang tak ingin hidup enak? Mungkin di dunia ini cuman lelaki brengsek ini yang tak terlalu memerdulikan hal itu. Ia juga tidak berharap bisa menikah dengan wanita pujaanya yang ia anggap berbeda dengan yang lain. Lelaki brengsek ini begitu tenang dan menghadapi segala sesuatunya dengan santai. Lelaki brengsek ini tak mengerti lagi ap aitu prinsip dan keteguhan yang dia tau semesta sedang tidak berpihak padanya.

Lelaki brengsek ini seperti kehilangan masa depan walau ia tak peduli pada ancaman akan sulit nya hidup mendatang. Ia selalu yakin ia punya caranya sendiri untuk menyelesaikan segala ketidak adilan semesta padanya sekalipun tanpa kekuatan. Berteman dengan banyak wanita tidak sekonyong konyong menandakan bahwa ia play boy. Bahkan, hingga saat ini lelaki brengsek ini masih setia dengan kesendirian nya. Hatinya beku. Berteman dengan banyak wanita adalah hal biasa baginya. Namun, mencintai satu daintaranya adalah sebuah kerumitan. Sejak delapan tahun terakhir, lelaki ini tak pernah lagi merasakan yang nama nya jatuh hati. Ia memang punya hati namun tak ia biarkan untuk jatuh lagi berkali kali, hatinya kali ini dipergunakan secara normal dan sesuai fungsi yang sebenarnya yakni untuk melancarkan peredaran darah bukan untuk jatuh cinta.

Beberapa bulan telah berlalu, namun, ada yang aneh tak ada kabar mengenai wanita yang ia anggap berbeda itu. Wanita yang dulu nya sering melakukan tegur sapa baik secara online ataupun tatap muka. Ia dihantui rasa penasaran yang mendalam kemana gerangan perginya wanita yang berbeda itu?. Ia mencoba mencari tahu tetapi tak membuahkan hasil, ia sama sekali tak menemukan apa-apa bersih semua tak berbekas. Meski tidak benar-benar sayang, ia tidak mungkin begitu saja melupa sesuatu yang pernah ada walau tetap lenyap akan tetap berbekas.

Terbiasa berpetualang sejak masih kecil, lelaki brengsek ini tak pernah menolak ajakan rekan-rekan nya untuk pergi meskipun sekedar hang out. Ia berfikir jika tak melakukan kegiatan apapun maka sampai kapanpun pikiran nya akan selalu tertuju dan teringat pada wanita itu. Ia memutuskan untuk menerima ajakan rekanya untuk pergi liburan singkat ke kota tetangga. Tanpa berpikir panjang rencana kepergian ini langsung disepakati.

Mengendarai motor melewati beberapa hutan yang masih hijau nan asri tak terasa sudah tiga jam berlalu. Lelaki ini dan rekan nya telah sampai di kota tetangga. Di kota itu, tak banyak perbedaan yang ia temui, hampir semua nya sama seperti apa yang ada di kampung nya. Tersedia warung kopi, taman, dan terutama kendaraan yang bising dan warna langit yang abu-abu. Dikota itu tak banyak yang mereka kenal. Beberapa nomor kontak diponsel mereka satu persatu dihubungi berharap mendapat balasan agar mereka bisa istirahat ataupun sekedar singgah.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, Akhir nya salah satu nomor kontak di hp milik lelaki ini memberitahu bahwa ada tempat singgah yang tak terlalu mahal bagi pemuda yang tak memiliki cukup dana. Berhasil mereka singgah sejenak untuk melepas lelah lanjut mereka berbincang santai disebuah kedai kopi yang amat terkenal di kota itu. Sembari diskusi layaknya seorang akrivis mahasiswa, ia dan rekan nya sesekali menikmati sruputan kopi yang teramat nikmat. Setelah cukup lama berbincang serius dekan rekan nya, lelaki ini memutuskan untuk mengajak rekan nya ini untuk kembali dan beristirahat karena waktu sudah meunjukkan pukul tengah malam. Sampailah mereka berdua ke tempat penginapan hasil rekomendasi salah satu teman yang terdapat dari nomor kontak ponsel lelaki ini. Terus berjalan melalui pintu utama lantai tiga pada penginapan itu, dengan memandang kesana kemari berharap ada sesuatu pemandangan yang menarik, dan ya, ia menemukan sesuatu yang menarik untuk dilihat. Ia melihat sepasang muda-mudi sedang tertawa gembira. Lelaki ini dilema, entah ia harus terus jalan kedepan mengikuti rasa letih dan lelah karena seharian berada di jalanan atau harus menuruti rasa penasaran karena melihat pemandangan indah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun