Mohon tunggu...
Riki Dwi Saputra
Riki Dwi Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Pendatang Baru

Pencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Lalu Kapan Saya Akan Diwisuda?" Aspek Psikologi dalam Lirik Lagu Koboi Kampus karya Pidi Baiq

5 Juli 2024   20:10 Diperbarui: 5 Juli 2024   20:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapan aku di wisuda?

Judul artikel ini mungkin akan menarik bagi sebagian orang yang merasa dirinya tertinggal oleh pencapaian kawan -- kawannya. Deskripsi tertinggal memang amat luas,  namun dalam salah satu judul lagu yang populer yakni "Koboi Kampus" yang dipopulerkan oleh The Panasdalam Bank, mampu menarik perhatian pendengar dengan liriknya yang penuh dengan makna. Lagu ini sekan berusaha menunjukan kesedihan sang penyanyi karena merasa tujuan utamanya tak kunjung tercapai.

Lagu Koboi kampus ini merupakan salah satu lagu populer karena sudah dindengarkan lebih dari 1juta kali di berbagai platform online. Selain itu, lagu ini juga sempat menjadi soundtrack salah satu film populer pada tahun 2019 berjudul "Koboi Kampus" yang dibintangi beberapa penyanyi terkenal seperti Jason Ranti, Danilla Riyadi, dan Ricky Harun.

Pidi Baiq, selaku pemilik lagu dan sutradara film Koboi Kampus ini, memang seorang yang cukup terkenal. Lewat karya-karyanya, Pidi seolah ingin berkomunikasi dengan penikmat karyanya. Tak terkecuali dengan lagu "Koboi Kampus" ini, ditulis dengan cerdas dengan penuh metafora, membuat lirik-lirik yang terkandung seakan padat akan penggambaran kehidupan anak kuliahan semester akhir dengan segala dinamika kehidupannya.

Lirik dalam lagu ini juga mampu menggambarkan realitas sosial berupa keresahan hati seorang mahasiswa yang tak kunjung di wisuda. Realitas tersebut terlihat pada potongan lirik berikut "Lalu kapan saya akan diwisuda, Adik kelas sudah lebih dulu, Hati cemas merasa masih begini, teman baik sudah di-DO". Lirik tersebut seakan menggambarkan kegelisahan hati sang penulis, tentang dirinya yang tak kunjung diwisuda, padahal adik kelasnya sudah lebih dulu, dan teman baiknya sudah di DO, sehingga tak ada lagi teman untuk menyemangatinya.

Realitas lain juga terlihat pada potongan lirik berikut "Bagaimana begini saja, Luluskan apa adanya, Bagaimana begitu saja, Nanti kaya bapak dibagi". Lirik tersebut seakan menggambarkan keputusasaan penulis tentang nasib dirinya, sehingga memohon untuk diluluskan apa adanya.

Secara keseluruhan, lagu "Koboi kampus" ini mampu menciptakan suasanya sedih, harapan, namun menghibur lewat alunan musik yang syahdu enak didengar. Dari lirik yang "ngena" hingga musik yang menenangkan, lagu ini dapat menjai pilihan tepat untuk menemani kalian saat emngerjakan tugas kampus, sehingga menjadi motivasi, atau sekedar melepas penas di tengah kesibukan kampus.

Tak heran, lagu ini disukai banyak orang, dan dijadikan soundtrack sebuah film. Karena lagu ini memang sebuah karya yang layak untuk diangkat terus dan diperkenalkan ke seluruh penjuru dunia. Jika dilihat dari perspektif psikologi, lagu ini menyimpan banyak makna yang berhubungan dengan jiwa manusia, setelah ditelaah menggunakan pendekatan psikologi sastra, ada beberapa tanda psikologis yang muncul didalam beberapa lirik yang ada di lagu ini, seperti;

  • "Lalu kapan saya akan diwisuda
    Adik kelas sudah lebih dulu
    Hati cemas merasa masih begini
    Teman baik sudah di-DO"
  • Lirik ini seakan menggambarkan gejolak keresahan yang mendalam dari tokoh "saya" yang merasa kuliahnya tak kunjung selesai karena belum lulus, sedangkan adik kelas sudah lebih dulu lulus. Jika ditelaah menggunakan teori psikologi sastra Freud, lirik tersebut masuk ke dalam EGO yang ada dalam diri manusia, yang berarti prinsip kenyataan yang kelanjutannya untuk tujuan kesenangan.
  • "Tolonglah diriku
    Koboi kampus yang banyak kasus
    Hatiku cemas
    Gelisah sepanjang waktu-waktuku"
  • Lirik ini menggambarkan kecemasan tokoh "saya" didalam lagu tersebut, dimana dirinya sudah cemas dan gelisah karena kehidupan kampusnya hampir berantakan karena tidak kunjung lulus. Jika ditelaah menggunakan pendekatan psikologi sastra Freud, lirik ini masuk ke dalam super ego manusia yang merupakan aspek moral kepribadian, yang mampu menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah.
  • "Bagaimana begini saja
    Luluskan apa adanya
    Bagaimana begitu saja
    Nanti kayak bapak dibagi"
  • Lirik ini seakan menampilkan keputusasaan atas tokoh "saya" didalam lagu Koboi kampus, dimana dirinya memohon untuk diluluskan apa adanya, toh nanti jika sudah kaya akan tetap berbagi. Lirik ini jika ditelaah menggunakan teori psikologi sastra Freud masuk ke dalam ID manusia, dimana ini merupakan aspek kepribadian bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu tak dikenal agaknya energi buta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun