Mohon tunggu...
Riki Dwi Saputra
Riki Dwi Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Pendatang Baru

Pencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Balada Sumarah: Penggambaran Wanita Tangguh pada Masa Revolusi (Apresiasi Naskah Drama Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari)

24 Desember 2022   05:55 Diperbarui: 24 Desember 2022   06:15 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drama ialah salah satu bentuk karya sastra yang dipentaskan sama seperti pertunjukan teater. Seiring perkembangan zaman, naskah drama pun ikut berkembang mengikuti perkembangan zamannya. Dewasa ini, banyak tema baru muncul akibat dari kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat. Namun, tak sedikit juga ada penulis  yang masih ingin mengangkat tema lama seperti masa revolusi berlangsung, zaman dimana para PKI di Indonesia dimusnahkan. Salah satunya yakni naskah drama "Balada Sumarah karya Tentrem Lestari" Naskah yang mengangkat cerita tentang kehidupan kelam seorang wanita yang ayahnya dituduh seorang PKI ini menyimpan banyak sekali cerita duka didalamnya. Tentrem lestari sebagai penulis naskah ini merupakan salah satu senimal lokal yang tergabung dalam komunitas seni Mendut Institut, serta sebagai pegiat Festival Kilometer Nol, Yogyakarta.

Kembali ke topik pembahasan, naskah drama ini lebih dikategorikan sebagai sebuah drama monolog, dimana satu orang membawakan beberapa peran. Dalam naskah drama "Balada Sumarah" ini penulis dapat menangkap adanya aspek psikologis seperti id, ego, dan superego yang tinggi dalam pengkarakteran tokoh utama di dalam naskah. Aspek psikologis yang pertama yakni dorongan id pada diri Sumarah ditandai ketika Sumarah kemudian ingin tahu tentang latar belakang keluarganya setelah apa yang kenimpanya sejak duduk dibangku sekolah, kemudian ingin menjadi Pegawai Negeri  Sipil  (PNS),  ingin  menjadi  istri  Mas  Edi,  dan  ingin  membunuh  majikannya. Aspek psikologis yang kedua yakni respons ego yag muncul dalam diri Sumarah ketika ia meminta surat bersih sebagai syarat untuk menjadi PNS, dan ketika ia membunuh   majikannya. Kemudia yang terakhiryakni respon superego yang muncul ketika Sumarah mempertimbangkan  untuk  menjadi  PNS,  tidak  bekerja  lagi  tempat  Ibu  Jumiarti  dan ketika Sumarah mempertanggungjawabkan kesalahannya sebagai tersangka pembunuhan.

Berdasarkan kepribadian Sumarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada  keseimbangan  antara id,  ego dan  superego yang  dialami  Sumarah. Sumarah cenderung mementingkan prinsip    kenikmatan daripada aspek sosiologis yang berkembang  di  masyarakat,  sehingga  terjadi  ketegangan  di  dalam  diri  atau  kepribadian Sumarah.  Dari  penjabaran  analisis  penokohan  Sumarah  oleh  penulis,  dapat  dilihat  bahwa Sumarah  bukanlah  seseorang  dengan  kepribadian sanguinis, tipe  kepribadian  yang berwatak  periang  dan  menyenangkan  (Suryabrata,  2002:13).  Selain  itu,  Sumarah  juga bukanlah  orang  yang  mampu  mengungkapkan  segala  perasaanya  kepada  sembarang orang. Juga, Sumarah   bukanlah   tokoh   yang   memiliki   kepribadian koleris tipe kepribadian  yang  berdaya  juang  besar,  pemberani,  dan  berkemauan  keras  (Suryabrata, 2002:13)  dan plegmatis tipe  kepribadian  yang  berwatak  tenang,  santai,  dan  sabar (Suryabrata,  2002:13).  Dengan  begitu,  Sumarah  memiliki  kepribadian  sebagaimana orang  melankolis.  Seperti  halnya  manusia,  tokoh-tokoh  dalam  sebuah  kisahan  pun memiliki  banyak  sifat.

Kemudian dari kalan cerita dalam naskah ini, selayaknya pementasan drama yang memiliki alur cerita, naskah ini pun memiliki alurnya sendiri, menggunakan model plot Checov's Gun yang memberikan clue di awal sebagai petunjuk akhir bagaimana cerita berakhir. Cerita dalam naskah ini pun demikian, simana di awal cerita, sudah dijelaskan dimana Sumarah saat itu berada dan apa yang akan terjadi padanya, yakni hukuman mati karena membunuh. Alur yang menarik untuk sebuah pementasan, karena benang merah cerita sudah dijelaskan di awal, dan penonton hanya perlu menikmati cerita yang akan dipertunjukan.

Karakter Sumarah, sebagai wanita tanggung yang kuat menghadapi segala cobaan hidupnya, menggambarkan bagaimana hidup memang tak selalu tentang iya iya saja. Ada saat dimana hak milik kita dirampas, maka kita harus memeranginya walau nyawa jadi taruhannya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Sumarah bukanlah tipe orang yang suka melawan, ia cenderung memilih diam saat ada orang yang mencelanya, tapi saat harga dirinya dirampas dengan diperkosa oleh majikannya, maka saat itu juga ia harus memperjuangkannya.

Naskah drama Balada Sumarah karya Tentrem Lestari ini sangat penulis anjurkan untuk dibaca, diresapi dan dipertunjukkan ulang. Sudah selayaknya kita sebagai warga negara yang baik, harus ikut melestarikan berbagai bentuk kesusastraan ditanah air tercinta kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun