واللَّهِ إنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وأَتْقَاكُمْ له، لَكِنِّي أصُومُ وأُفْطِرُ، وأُصَلِّي وأَرْقُدُ، وأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ
Demi Allah sungguh aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah dari kalian, akan tetapi aku puasa dan aku pun berbuka, aku shalat malam dan aku pun tidur, dan aku juga menikahi wanita.”
Demikian juga dalam hadits Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,
لا أعلَمُ نبيَّ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ قرأَ القرآنَ كُلَّهُ في ليلةٍ، ولا قامَ ليلَةً حتَّى الصَّباحِ، ولا صامَ شَهْرًا قطُّ كاملًا غيرَ رمضانَ
Aku tidak mengetahui Nabiﷺ membaca Al-Qur’an dalam semalam suntuk, tidak pernah juga shalat malam sampai pagi, tidak juga pernah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadan.”
Pernyataan Aisyah bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah shalat malam sampai subuh mengisyaratkan bahwa beliauﷺ selalu menyelinginya dengan tidur. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa perkataan Aisyah tersebut adalah di selain bulan Ramadan. Intinya, terdapat ikhtilaf dalam masalah ini dan penulis lebih condong kepada pendapat yang mengatakan Rasulullah ﷺ mengurangi tidurnya. Namun, ini tidak menjadi larangan untuk seseorang yang ingin begadang dalam sepuluh malam terakhir karena hal tersebut juga dilandasi dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ pernah begadang semalam suntuk.
Dalam hadits yang lain, Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَجْتَهِدُ في العَشْرِ الأوَاخِرِ، ما لا يَجْتَهِدُ في غيرِهِ
Rasulullah bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh malam terakhir melebihi hari-hari lainnya.”
Kita tentu mengetahui bahwa Nabi Muhammadﷺ sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan Ramadan. Namun, ternyata beliauﷺ lebih bersungguh-sungguh lagi ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
2. Malam lailatulqadar lebih baik dari seribu bulan