Saya punya temen, dia pengajar privat baca-tulis Alquran, dia cerita ke saya bahwa dia mau berhenti ngajar privat, karena tarif yang dibayarkan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, ia ingin mencari pekerjaan lain. Sebelum dia berhenti, dia mengunjungi gurunya untuk meminta nasihat mengenai keputusan yang ia ambil.
Lalu, apa kata gurunya, “sabar saja dulu, pertahankan saja ngajarnya, InsyaAllah nanti akan Allah berikan yang lebih baik.” Mendengar nasihat dari gurunya itu, ia tidak jadi berhenti, dan tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai guru privat.
Beberapa bulan kemudian, apa yang terjadi? Dia diterima untuk bekerja di sebuah tempat, tidak boleh disebutkan namanya, hehe, dengan gaji yang lumayan besar, plus tidak mengganggu jadwalnya menjadi guru privat. Atau dalam istilah Inggris-nya itu “double kill”, hehe, langsung dapat dua.
Salah satu dari kita mungkin termasuk guru private baca-tulis Alquran yang tidak menetapkan standar tarif, atau bisa dibilang se-ikhlasnya. Karena bisa saja kita pikir, semua yang kita lakukan adalah untuk agama, dan berharap mendapat kebaikan di-sisi-Nya.
Meski begitu, buat mereka, temen-temen yang menetapkan standar tarif, tidak perlu berkecil hati, tidak perlu merasa diri hina hanya karena menetapkan tarif, kita semua sama-sama berjuang untuk agama, dan membebaskan orang dari buta huruf Alquran. Hanya saja cara pandang kita berbeda, dan InsyaAllah kita akan sama-sama mendapatkan kebaikan di-sisi-Nya.
Jadi, bagaimana menurut kalian?
Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat. Aamiin. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H