Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungan (Bersedihlah untukku Kalau Kamu Ingin Melemahkanku)

24 Juli 2016   13:26 Diperbarui: 24 Juli 2016   13:46 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari seorang sahabat yang tinggal di sebuah kota di eropa barat, masuklah sebuah pesan ke dalam telepon seluler saya.

“Rikho, selepas Agustus nanti statusku jobless. Departeman Tenaga Kerja nanti yang akan men-supporttiap bulan maksimal 67% dari penghasilan bulanan,biaya asuransi kesehatan keuarga, hingga 12 bulan sampai aku mendapat pekerjaan. As I have told you my company has a big financial problem this year”.

Spontan saya menjawab pesan dari WA,”I’m sorry to hear that. Hopefully you will get the new job asap.

Sahabat saya menjawab,” Gak usah sedih Rikho, resiko pekerjaan. Ambil positifnya, saya punya waktu untuk belajar dan jual skill”.

Saya termenung membaca jawaban dari sahabat itu. Selayaknya sahabat saya berusaha bersimpati dengan kabar yang kurang menggembirakan itu. Namun mental attitude sahabat saya ini menunjukkan sebuah semangat bahwa kehilangan pekerjaan bukan berarti entek alas entek omah,kehilangan segala-galanya.

Saya yakin bilamana empati kegundahan itu tertuju kepada sahabat lain, mungkin mereka akan mengucapkan terima kasih. Dan justru kalau saya bicara enteng menyuruh mencari pekerjaaan lain, mereka akan gusar dan berkata,” enak saja kamu ngomong, memangnya gampang cari pekerjaan”. Mereka pun pasti akan menganggap “rasa” saya mati suri.

Dari sahabat saya ini seolah saya mendapat perspektif baru. Ketika saya menunjukkan simpati dengan ikut merasa gundah dengan sebuah situasi, di situlah justru saya berkontribusi atas pelemahan fighting spirit. Sahabat saya yang sudah hampir empat tahun tinggal di eropa ini pasti akan bicara,”Karena bukan pesakitan yang tanpa harapan,saya bukan orang yang patut kamu kasihani.Bersedihlah untukku kalau kamu ingin melemahkanku”.

Kalau menilik sejarah hidupnya memang saya bisa mengatakan bahwa kehilangan pekerjaan hanya sebuah kerikil kecil dalam hidupnya.

Saya tiba tiba teringat sebuah nasehat dalam buku Mama ( karya Daoed Joesoef).

“Son in life you will sometimes find yourself on a crossroad. When you do, do not hesitate to step on the one chosen by few“

“What if we get lost”

“ Even if we do, it doesn’t mean that we are going to be lost forever. Do not worry about taking the path less travelled. As you’re experiencing now,for instance. If other people see what you have achieved, more of them will follow your footsteps”

Sahabat saya ini sudah bermental baja sejak kuliah sehingga memilih path less travelled, jalan yang hampir tidak pernah dirambah orang. Semua berawal ketika sahabat ini bergumul selama berminggu minggu dengan mimpinya. Batinnya terus mendesak menyudahi pergulatan itu . Akhirnya dia memutuskan berdamai dengan mimpi itu. Sebuah mimpi konyol yang harus dia genggam erat erat seperti halnya botol kecil berisi tetesan air terakhir harapan ke naungan masa depan.

Menginjak semester terakhir ketika dia harus membuat Proyek Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan. Dia berpikir untuk mengambil tema tertentu sebagai topik dalam proyek tugas akhirnya. Sebuah tantangan besar mengingat jenis teknologi yang ditekuni untuk tugas akhir itu adalah bidang yang langka, bahkan oleh dosen-dosennya nya sendiri.

Itulah kepingan awal mewujudkan mimpi besarnya. Dalam guratan guratan hatinya seolah sudah tertulis sesulit apapun dan bagaimanapun caranya, dia akan tetap melewatinya.

Dengan berbekal sedikit ilmu komputer, dia menemui beberapa dosen untuk menjadi pembimbing. Dosen dosen itu menolak membimbing dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan halus seperti tidak menguasai dan tidak tertarik dengan topiknya. Suatu kali sahabat saya pernah menghadap seorang dosen yang akhirnya menolak membimbingnya. Dosen ini berkata,”Kamu tidak tahu tentang teknologi ini, mengapa kamu menjadikannya menjadi proyek tugas akhir” sergahnya setelah membaca proposal.

Spontan sahabat saya membantah,” Kalau saya sudah tahu, dan topik itu mudah, untuk apa saya jadikan proyek tugas akhir Pak?”

Dengan susah payah akhirnya dia menemukan dosen yang mau menjadi pembimbing. Dalam perjalanan menyelesaikan tugas akhir seorang dosen menertawakan sahabat saya ini.

“Anak ini mempersulit dirinya sendiri…Dia akan terancam tidak bisa menyelesaikan tugas akhirnya” selorohnya kepada dosen lain yang duduk disampingnya.

Semua dosen yang mendengar celotehan itu tertawa terbahak bahak, menganggap sahabat saya seolah seperti badut yang tidak lucu. Kalau tidak lucu mengapa mereka tertawa, bukanlahcara untuk menghormati badut adalah dengan mentertawakannya.Kalau begitu memang dosen dosen ini ingin merendahkan martabat si badut. Sahabat saya tersenyum kecut mendapati diri berada dalam posisi sebagai obyek cemoohan. Jauh di lubuk hati mentalnya sedikit banyak tergerus.

Kadang dia berpikir mengapa insan pendidik yang seharusnya memotivasi justru berperan sebagai palu yang menganggap mahasiswanya sebagai paku. Dia berusaha menyemangati dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia adalah paku baja yang tidak mudah dibengkokkan.

Singkat cerita dengan keahlian yang didapat dari tugas akhir itulah akhirnya sahabat ini mengecap kehidupan di eropa barat bersama istri dan kedua anak balitanya. Sebuah perjuangan untuk membangun impian.

Terima kasih sahabat telah mengajariku untuk melihat dari sisi pandangmu.

Selamat berakhir pekan.

Ungaran, 24 Juli 2016

Rikho Kusworo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun