Kesunyian ini sungguh kunikmati
Jam dinding berdentang menemani keheningan.
Tak ada suara.
Malam tenang tenteram tidak bergejolak
Aku mencoba berbicara dengan diriku sendiri.
Kawan abadi yang hampir tak pernah kusapa
Hai kawan..aku tahu kamu tak hanya membanting tulang.
Pun ku sadar peluhmu terkuras kering oleh timbunan debu yang menaburi kulit.
Debu di benakmu pun tak kunjung terbang
Seolah dengki melihat kapas tipis yang ringan terangkat mengambang dihembus angin
Teruslah sigap
Bumi akan sepenuhnya rela memikul tapak kakimu yang masyuk berdansa menjalani sebuah kiprah
Tanah yang kau injak pun tak akan pernah marah manakala kakimu terus berderap dengan hentakan keras.
Namun lelah ragamu tidaklah bermakna jikalau hayatmu terus menerus letih
Pulihkanlah dengan senyum yang terpancar di sekelilingmu.
Walau seringai itu tak semuanya jujur, nikmatilah, agar lelahmu menjadi berkah.
Rikho Kusworo 5/29/2016 00.30
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H