Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buku Bergambar Banjiri Kosakata Anak Pra-Sekolah

6 Maret 2016   23:56 Diperbarui: 7 Maret 2016   02:17 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Buku My First Word Board Book ( Terbitan A Dorling Kindersley Book 2004 – UK)-Koleksi Pribadi"][/caption]Buku bergambar dengan warna menyolok mampu merangsang anak pra-sekolah untuk mencintai literatur. Gambar yang jelas dan menarik mampu mendorong gairah anak untuk belajar sambil bermain sekaligus menopang keinginan anak untuk berimajinasi. 

Read With Your Child.  Inilah pengalaman saya dalam meningkatkan kosakata anak ketika masih berumur 2 tahun. Pintu masuk kemampuan berbahasa anak dibentuk dari penguasaan kosakata. Walaupun anak saya Adel ketika itu belum bisa membaca, saya menanamkan kecintaan terhadap terhadap buku sejak dini.  

Oleh karena itu sejak umur 2 tahun saya berusaha membiasakan Adel untuk menjamah buku. Untuk Adel, “Membaca” di sini saya maknai dengan mengenal gambar bentuk.

 Buku buku berikut membantu saya mengenalkan kosakata kepada Adel :

1. My First Word Board Book ( Terbitan A Dorling Kindersley Book 2004 – UK)

2. My First Word Book (Terbitan Early Childhood Publication-Singapore)

3. My First Animal Book (Terbitan Early Childhood Publication-Singapore)

4. Preschool Picture Book - Pictures And Words ( Terbitan Kohwai & Young Publication 2002)

5. Preschool Picture Book – Early Learning( Terbitan Kohwai & Young Publication 2002).

Buku buku tersebut berisi gambar gambar benda beserta teks artinya dalam Bahasa Inggris. Dari buku buku ini Adel mendapatkan berbagai macam kosakata anggota badan, pakaian, makanan, sayuran, buah,pernak pernik barang rumah tangga, peralatan mandi, peralatan dapur,peralatan berkebun, binatang ternak, alat transportasi, berbagai macam bentuk ( shapes), dan mainan ( toys).

Buku buku itu tersimpan di almari khusus tempat semua perabotan mainan Adel. Ketika ada waktu senggang, sore hari, atau malam hari, saya mengajari Adel untuk mengenal gambar gambar dalam buku-buku itu. Adel menunjuk nama benda atau binatang itu dalam bahasa Indonesia. Saya dan Adel duduk berhadap hadapan di lantai sambil membuka buka buku.

Karena buku tersebut ditulis dalam Bahasa Inggris, saya harus menerjemahkannya dalam Bahasa Indonesia. Pada saat itu memang saya belum berniat mengajarkan Bahasa Inggris kepada Adel yang masih berumur 2 tahun. Saya menginginkan Adel mengenal kata kata dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu. Bahasa Inggris baru saya perkenalkan kepada Adel ketika menginjak usia 2 tahun 10 bulan.

Daya ingat Adel sangat kuat, sehingga saya berusaha untuk memberikan penjelasan arti dari sebuah kata dengan benar (right for the first time). Untuk memastikan kebenaran arti kata, terkadang saya harus membuka kamus.

Adel mampu mengingat kosakata baru hanya dalam satu kali sebut. Manakala menunjuk gambar angsa, Adel menyebutnya bebek. Saya pun harus menjelaskan perbedaan bentuk bebek ( duck ) dengan Angsa ( goose)

Pada hari berikut ketika saya membuka buku yang sama, Adel langsung menunjuk gambar Angsa, dan kali ini Adel menyebutnya secara benar “ angsa “.

Sama halnya ketika Adel berpindah menunjuk gambar bebek yang terletak di samping gambar angsa, Adel menyebutnya “bebek”.

Dalam kesempatan yang lain saya berusaha menunjukkan bendanya secara nyata. Pada saat itu Adel menunjuk buku itu “Tang” ( pliers) dan menyebutnya sebagai gunting. Saya pun membuka laci bufet dan menunjukkan “Tang”. Kali lain ketika saya membuka buku dan menunjuk “Tang”, Adel berdiri menuju bufet sambil menunjuk ke laci dan menyebutnya “ Tang…Tang”.

Saya mendapat kesan bahwa buku buku bergambar itu mampu merangsang panca indera Adel untuk berinteraksi dengan literatur. Buku bersampul tebal dengan warna yang menyolok mampu menggelorakan Adel untuk belajar sambil bermain. Buku dengan gambar yang jelas dan menarik menjadi penopang imajinasi. Jelas yang saya maksud adalah buku itu haruslah berisi gambar gambar photo yang nyata seperti aslinya.

Buku buku yang kurang bagus kualitas gambarnya akan mempengaruhi persepsi anak terhadap gambar tersebut. Misalnya dalam buku tertulis buah apel, tetapi di dalam gambarnya menyerupai buah pir. Karena dalam buku tertulis Apel maka saya tidak punya keyakinan lagi untuk mengajarkan bahwa buah yang Adel lihat adalah buah Apel.

Kalau saya memaksakan mengajarkannya sebagai”Apel”, maka bisa jadi ketika Adel melihat buah pir yang sesungguhnya, Adel akan mengatakan “ Apel”.Dalam pengalaman saya, buku buku ini bisa jadi menyesatkan karena anak akan mendapatkan pengertian kosakata yang salah.

Ketika Adel bersentuhan dengan buku, pada saat itulah saya mengamati terjadi semacam banjir kosakata (explosion of new vocabulary).Pada usia hampir menginjak dua tahun, Adel sudah mampu mengucapkan kalimat kalimat berikut secara jelas :

“Ibu lagi meeting ya yah?”

“Bu Antar ini sepedaku baru”

“Ayah minta minum”

“Yah dibaca ini lho”

“Adel mandi dulu”

“Hati hati lho”

Hal yang sangat berpengaruh pada keberhasilan proses dalam mengenalkan kosakata berdasarkan pengalaman saya antara lain :

1.  Orang tua harus mempunyai kebiasaan membaca.

Readers come from reading families. Saya meyakini bahwa anak yang melihat orang tuanya mempunyai kebiasaan membaca, dengan sendirinya berpotensi menjadi anak yang gemar membaca. Saya sendiri doyan membaca. Sejak umur 2 tahun Adel memang dikepung buku dan bahan bacaan. Ketika itu Adel kerap menghampiri manakala saya membaca buku,majalah, atau koran. Terkadang Adel menarik narik buku atau Koran yang sedang saya baca.

Saya meyakini faktor inilah yang membuat Adel tergerak ketika saya mengenalkan buku. Untuk menimbulkan kesan “fun”, buku buku saya letakkan menyebar di atas lantai. Kebebasan memilih buku yang disukai nampaknya memunculkan kesan “permainan” yang mendorong Adel untuk membuka halaman demi halaman. Mata Adel  berkilau mendapati gambar gambar berwarna dari berbagai macam benda dalam buku itu.

2. Pentingnya Kamus Bahasa

Karena saya mempunyai tujuan mendidik anak secara bilingual maka buku buku yang saya kenalkan Adel adalah buku berbahasa Inggris. Oleh karena itu kamus menjadi alat penting untuk menopang proses pembelajaran. Kamus sangat berperan pada saat saya harus memastikan arti sebuah kata Inggris dalam bahasa Indonesia. Mengajarkan sebuah kosakata kepada anak haruslah right for the first time.

Daya ingat anak pada usia dini sangat kuat sehingga informasi yang diberikan pertama kali oleh orang tua gampang sekali melekat dalam pikiran. Ketika orang tua memberikan informasi yang salah, pengertian itu akan terus melekat. Misalnya ketika orang tua mengajarkan bahwa “keledai” sebagai “kuda”, maka begitulah pengertian anak akan terbentuk. Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk membalikkan pengertian bahwa yang benar adalah kuda bukan keledai.

Namun demikian bilamana orang tua sering merevisi informasi yang sudah diberikan, dampaknya akan mempengaruhi kepercayaan anak kepada orang tua yang dianggapnya sebagai guru.

Jangan sekali kali menjawab pertanyaan anak ketika kita sendiri tidak meyakini kebenarannya. Di sinilah peran kamus sangat krusial untuk menghindari kesalahan informasi.

Kamus yang memadai wajib dimiliki orang tua yang akan mendidik anaknya dwibahasa. Sebagai kelengkapan referensi Kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris dan Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia akan memudahkan orang tua untuk mengecek kosakata yang benar.

Ada kalanya sulit untuk mencari padanan nama binatang dalam bahasa Indonesia. Contohnya untuk nama nama binatang seperti Platypus, Anteater,Armadillo.

Untuk kasus seperti ini saya mengajarkan seperti bahasa aslinya sesuai dengan buku.

Rikho Kusworo 06 Maret 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun