Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Mendidik Anak Dwibahasa

14 Februari 2016   10:03 Diperbarui: 14 Februari 2016   13:41 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"][/caption]Why do you want your child to be bilingual?

Mempelajari bahasa asing membutuhkan proses yang menuntut dedikasi. Selain itu frekuensi berlatih menjadi kunci penentu keberhasilan. Pada masing masing orang tua tujuan mendidik anak secara dwibahasa (bilingual) bersifat personal. Jawaban dari pertanyaan di atas menentukan langkah orang tua dalam menyusun skenario terkait dengan dengan sumber daya yang dimilikinya. Dengan mengenali sumber daya yang dimilikinya, orang tua mampu menentukan metode tepat agar anaknya mempunyai tingkat kemahiran yang diinginkan.

Dalam buku Raising Multilingual Children: Foreign Language Acquisition and Children, Tracey Tokuhama-Espinosa menulis bahwa pertanyaan di atas wajib dijawab orang tua yang menginginkan anaknya menguasai bahasa asing. Persisnya Espinosa mengajukan pertanyaan Why do you want your child to be multilingual? Dalam konteks yang lebih sempit pertanyaan tersebut masih relevan bilamana diterapkan pada orang tua yang menginginkan anaknya menguasai dua bahasa ( bilingual ), bahasa ibu dan satu bahasa asing.

Saya adalah orang tua yang mempunyai keinginan agar anak saya mempunyai kemampuan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sekarang Adel putri saya berumur 5 tahun 6 bulan. Sejak bulan Juli 2013, saya berusaha menjawab pertanyaan di atas, sebelum memulai proses mengajarkan  Bahasa Inggris kepada Adel yang ketika itu berumur 2 tahun 11 bulan.

Apa yang membuat saya berketetapan hati mengajarkan bahasa Inggris sebagai alat berkomunikasi sehari hari di lingkungan keluarga?

1. Agar anak mampu berinteraksi secara verbal dengan warga bangsa lain.

Ketika Adel berumur 3.5 tahun, keponakan saya Natasha mengundang teman teman sekolah menginap di rumahnya. Natasha fasih berbahasa Inggris karena memang menempuh pendidikan sekolah dasarnya di sekolah internasional. Teman teman putri yang diundang menginap berasal dari Amerika Serikat, Korea, dan Filipina. Ketika itu saya baru enam bulan mengajari Adel berbahasa Inggris. Saya sengaja mengajak Adel mengunjungi Natasha yang sedang asyik bermain main dengan kawan-kawannya.

Adel berkesempatan melihat Natasha dan kawan kawan bercengkerama dalam Bahasa Inggris. Keasyikan Natasha bermain dengan teman temannya mendorong Adel ikut berlari ke sana kemari. Adel nampak mengamati polah tingkah kawan kawan Natasha. Walaupun tidak mengerti apa yang dibicarakan, Adel mencoba membaur dengan ikut berlari mengikuti seorang kawan Natasha yang berambut pirang . Saat itu Adel berseru come on ….come on …let’s go …..come here…, sambil melambai lambaikan tangannya sembari bermain petak umpet. Kalimat kalimat sederhana seperti come on ….come on …let’s go …..come here memang sering saya ucapkan. Kosakata ini sudah dikuasai Adel dengan baik karena memang kerap saya ucapkan ketika menyuruh Adel mandi atau mengajak Adel pergi.

Saya beruntung mempunyai lingkungan internasional yang mendukung. Saya memanfaatkannya untuk menunjukkan kepada Adel fungsi Bahasa Inggris sebagai sarana penopang berbaur dengan teman bermain dari bangsa lain.

Kemudian saat Adel berumur berumur 5 tahun 2 bulan, kami sekeluarga mengunjungi Candi Prambanan. Saya melihat puluhan rombongan wisatawan mancanegara berkulit putih. Saya menyapa satu dari anggota rombongan wisatawan yang berasal dari Slovenia itu. Saya berinteraksi dengan wisatawan asing itu di depan Adel. Kebetulan wisatawan Slovenia itu sangat lancar berbahasa Inggris. Pilihan kata dan cara pelafalan kata dan kalimatnya cukup jelas.

Percakapan dengan wisatawan Slovenia berlangsung hampiur 30 menit. Adel memperhatikan ekspresi wajah dan cara wisatawan Slovenia itu berbicara. Adel hanya terdiam sambil bergelayut di pinggang saya.

Dengan menyeret Adel ke dalam ruang pergaulan “internasional” saya ingin menunjukkan kesan kepada Adel bahwa kemampuan berkomunikasi verbal dalam Bahasa Inggris sangat berguna kala kita berinteraksi dengan warga bangsa lain

Saya mempunyai keyakinan Bahasa Inggris adalah bahasa dunia.

Walapupun demikian sahabat saya yang sekarang tinggal dan bekerja di Jerman pernah berkata bahwa meyakini Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional adalah tipikal  berpikir orang Asia. Untuk bisa nyaman bekerja dan melakukan interaksi sosial, sahabat saya ini masih harus kursus Bahasa Jerman. Sebelum menguasai Bahasa Jerman, menurut sahabat saya, dirinya tidak akan pernah menjadi bagian dari masyarakat Jerman secara utuh. Orang Jerman enggan berbicara dalam Bahasa Inggris kepada sahabat saya. Bukan berarti mereka tidak mampu, tetapi lebih kepada alasan tingginya kebanggaan terhadap kultur dan Bahasa Jerman

Memang Bahasa Inggris bukan satu satunya bahasa Eropa Barat yang dipakai dalam ruang pergaulan global. Masih ada penting lainnya seperti Bahasa Spanyol, Bahasa Perancis, Bahasa Jerman, dan Bahasa Rusia.

Namun demikian tidak dapat dipungkiri Bahasa Inggris merupakan Bahasa yang paling banyak dipakai dalam pergaulan dunia. Sahabat saya pun sebelum memasuki atmosfer kebudayaan Jerman, terlebih dahulu harus bekerja dan menetap di Singapura yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Dengan kata lain pintu masuk sahabat saya menuju kebudayaan Jerman sebenarnya adalah Bahasa Inggris.  

2. Anak mampu membaca literatur dan menulis dalam Bahasa Inggris

Saya mempunyai atasan di kantor yang gemar berbagi artikel bacaan. Atasan saya ini ekspatriat yang memang gemar membaca. Pada awalnya artikel artikel ini dibagikan dalam dalam bentuk potokopi kertas. Belakangan oleh sekretarisnya, artikel artikel ini dipindai dan dikirimkan melalui surat elektronik Tema artikel yang dibagikan biasanya terkait dengan kisah inspiratif, cara hidup sehat, manajemen, dan motivasi dalam pekerjaan dan kehidupan. Sumber artikel hampir semuanya berasal dari majalah dan buku berbahasa Inggris.

Artikel artikel itu kemudian saya fotokopi untuk dibagikan kepada anggota tim. Namun artikel yang saya bagikan itu tidak pernah dibaca oleh anggota tim karena teksnya berbahasa Inggris. Keengganan anggota tim membaca artikel itu lebih disebabkan oleh tingkat kemahiran Bahasa Inggris yang belum memadai.

Artikel artikel itu cukup bermanfaat sebagai referensi pengembangan diri pribadi dan organisasi. Namun kendala bahasa menyebabkan terhambatnya akses seseorang untuk mengambil manfaat dari bahan bacaan.

Saya mengutip kata Gertrude Stein,” Yang membedakan manusia dari binatang adalah uang”. Yang lebih bagus adalah kata kata Sun Yat Sen Bapak bangsa China modern,“Yang membedakan manusia dengan hewan bukanlah sandang-pangan-papan, tetapi buku”.

Kemampuan membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris tidak kalah pentingnya. Kemampuan membaca dan menulis lah yang membedakan manusia dengan hewan. Faktanya pemakai Bahasa Inggris di Indonesia masih menggunakannya sebatas verbal skill. Hanya sedikit pembelajar Bahasa Inggris di Indonesia yang mempunyai ketrampilan membaca dan menulis (biliteracy skill)

Berdasarkan kenyataan itu saya berpikir ke depan betapa sulitnya generasi mendatang manakala tidak mempunyai ketrampilan literasi (literacy skill), membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris. Ketrampilan literasi Bahasa Inggris menjadi mutlak agar tidak terhambat dalam proses pertukaran arus informasi global melalui media sosial, surat elektronik, media massa dan buku. Dunia yang semakin menyatu membutuhkan jembatan bahasa yang menghubungkan pelbagai ruang kebudayaan dunia.

Ditulis Rikho Kusworo 14 Februari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun