Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pertobatan

9 Agustus 2015   06:42 Diperbarui: 9 Agustus 2015   06:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Aku tidak punya pilihan lain selain tetap menjaga suasana, dengan nampak bersemangat” kata Dahana.

“ Apa kamu bilang nampak bersemangat?” seru Sang Bayangan.

“ Kamu bego atau bodoh?” keluh Dahana.

Sang Bayangan tertawa terkekeh kekeh tanpa menanggapi umpatan Dahana.

Dahana melotot bergegas menegaskan kata katanya,”Kamu kan tahu, pekerjaanku pilot, walapun pilot pesawat kecil, aku bertanggung jawab atas keselamatan sejumlah penumpang. Aku harus terbiasa menyimpan rasa cemas. Aku harus tetap tenang agar penumpang tetap nyaman suasana hatinya sampai tujuan”

“ Inilah yang kamu sebut sebagai semangat?” kata Sang Bayangan.

Dahana meneruskan,” Tetap nampak bersemangat dalam kondisi kritis penting bagiku. Jika tidak, pesawatku akan bergoyang goyang dan jatuh karena semua penumpangku berteriak teriak, terus bergerak karena panik.”

“ Namun kamu masih lupa bahwa ilmu iku tinemune kanthi laku?” sergah Sang Bayangan.

“ Apa maksudmu?” Tanya Dahana.

“ Kamu lupa bahwa pengetahuan atau kepercayaan baru bermanfaat bila sudah menjadi dasar perilaku. Kamu tahu bahwa sombong itu agemaning Gusti. Tapi kamu pakai juga pakaian kesombongan itu. Pengetahuan dan kepercayaanmu tentang kesombongan menyebabkan kamu menolak uluran tangan yang datang. Itulah muara pagebluk yang kamu alami sekarang” Sang Bayangan menjelaskan.

“ Aku akui benar sekali penilaianmu. Apa yang harus aku lakukan dalam kondisi seperti ini manakala orang orang disekelilingku melihatku layaknya pedagang ternak mengamati sapi montok. Seperti akan mencincangku?” Dahana mendesah menahan marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun