Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beranda: Pintar Mengeluh

18 November 2012   03:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:08 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau masih suka mengeluh berarti memang anda benar benar manusia. Itu sifat bawaan dari asalnya. Namun dengan memahami sifat dasar ini setidaknya memberikan semacam refleksi untuk mensyukuri serba serbi kehidupan.

Kamis pagi kemarin saya mencuci mobil di depan rumah. Kebetulan tetangga depan sebutlah Pak Derris, juga mencuci mobil.

“ Hujannya nggak seberapa, namun tetap saja bikin mobil kotor ya Pak Rikho “ ujar Pak Derris.

“ Ya pak, ya itulah pak namanya manusia, ngresula (mengeluh) terus kerjaannya ” tukas saya.

“ Ha ha ha begitu ya pak “ jawab Pak Derris tertawa mendengar komentar saya.

“ Ya pak, kita memang tidak pernah puas, seperti bunglon yang selalu ingin berubah warna mengikuti kondisi ” saya menambahkan.

“ Lho bukankah itu bagus Pak, ciri kalau manusia itu pintar beradaptasi ” Pak Derris berkilah.

“ Memang benar, tapi manusia itu keterlaluan, makanya manusia itu dalam bahasa jawa disebutnya Menungsa alias menus menus kakean dosa “ kata saya sambil menyemprotkan air ledeng ke body mobil.

Sambil mengelap mobil yang sudah selesai dicuci Pak Derris yang menyela,” Ha ha ha keterlaluan bagaimana Pak “

“ Ya iya lah, lihatlah pak, kalau hujannya di siang hari bolong, ketika matahari bersinar, kita ejek si hujan, wah ini udan kethek menek (hujan kera memanjat = hujan yang datang cepat sekali cepat) “ ujar saya.

Saya menambahkan,” Lha kalau hujannya tidak kunjung berhenti kita bilangnya..iki udan kok ra terang terang (ini hujan kok nggak berhenti berhenti)”

“ Lha bener itu Pak “ Pak Derris menanggapi.

“ Masih ada lagi pak, ketika naik sepeda motor kehujanan ngeluh begini…. tadi pas di rumah nggak hujan, giliran pergi ke luar malah hujan o alah alah ….Lha ketika sudah punya mobil masih saja mengeluh…..wah abis nyuci mobil malah hujan..”kata saya.,

Pak Derris tertawa lebar setelah itu berkata,” Lha berarti para perempuan itu berarti nggak pernah puas ya pak..ketika hujan datang mereka pakai payung, lha pas nggak ada hujan, di tengah terik matahari, perempuan masih saja pakai payung, biar nggak panas katanya “

Saya menimpali “ Ya betul itu pak ha ha..masih ada..dulu waktu kemarau panjang kita mengeluh…kapan hujan ya biar segar …sekarang ini kan sudah sering hujan…namun akhir akhir ini kalau mau hujan kan udara panas sekali..kita masih saja mengeluh..uhuh..kalau mau hujan begini nih, pasti deh cuaca panas

Kita pasti mengenal Karamah, yaitu hal/perkara atau suatu kejadian yang luar biasa di luar nalar dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seorang waliyullah. Mendatangkan hujan atau menghentikan hujan bisa dilakukan oleh orang orang tertentu yang memiliki karamah. Waliyullah mempunyai kemampuan ini, sekalipun tidak ditunjukkan secara terang terangan.

Kalau orang orang biasa seperti kita punya kemampuan mengatur cuaca, karena ketidakbijaksanaan kita, mungkin akan digunakan untuk menuruti hawa nafsu. Tidak suka dengan orang tertentu, acaranya kita kacaukan dengan mendatangkan hujan. Atau mungkin menghentikan hujan, agar tanaman orang yang tidak kita sukai menjadi mati karena kekurangan air.

Inilah mungkin maknanya mengapa dahulu malaikat protes kepada sang Pencipta ketika manusia pertama akan diciptakan. Makhluk yang namanya manusia itu akan bikin sulit. Ya itu tadi, dikasih panas mengeluh, dikasih hujan ngresula, nggolek penake dhewe (cari enaknya sendiri), pintar mengeluh. Nampaknya inilah fitrah alias bawaan dari asalnya untuk kita ketahui sehingga kita bisa mensyukuri dibalik apa pun aneka warna kejadian yang menimpa.

Ditulis Rikho Kusworo 18 November 2012 selesai jam 10.00

Tulisan Rubrik Beranda sebelumnya

Beranda : Kapok Lombok

Beranda: Chaos Di Warung Pecel

Beranda :Keikhlasan Ala Keluarga Standford

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun