Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor) Kempongan Bayi di Halaman Kampus OSPEK

12 Mei 2012   11:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:24 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_176736" align="aligncenter" width="170" caption="Kempongan Bayi : Sumber daniswaraadam.blogspot.com"][/caption] Salah satu proses berkomunikasi adalah mendengar. Hal lucu dan jenaka akan terjadi, ketika seseorang salah mendengar. Mengapa ? Karena komunikasi pun berjalan jauh dari tujuan yang diharapkan.

Berawal dari kisah ketika saya mengikuti Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK) belasan tahun yang lalu. Pada saat itu di fakultas saya, OSPEK masih menjadi momok. Selain senior yang kelewat galak, tugas-tugas yang harus dibawa bejibun, banyak sekali. Nampaknya barang bawaan yang diwajibkan aneh-aneh, terkadang memang bikin kami kesulitan.

Suasana OSPEK sendiri setiap hari cukup mencekam. Tidak ada satupun mahasiswa baru yang membantah,berargumen,ngeyel, bahkan memandang mata senior pun tidak ada yang berani. Pernah suatu ketika ada teman sesama maba (mahasiswa baru) wanita, sebutlah Kenari namanya, yang membantah senior ketika diperintah.

Kakak maunya apa, semua yang kita lakukan tidak ada yang benar,” kata Kenari dengan nada tinggi menantang.

Kenari membantah senior dihadapan ratusan mahasiswa di halaman seluas lapangan basket. Dalam hati saya, berani sekali anak ini, apa mungkin karena bapak Kenari perwira menengah ABRI, sehingga dia begitu berani.

Semua wajah maba tertunduk, hanya mata Kenari yang menatap garang pada senior laki-laki berkulit putih,tinggi, ceking. Posisi Kenari saat itu berada sekitar 3 meter dari tempat saya berdiri.

Mendengar ada maba yang berani membantah dengan nada tinggi, sang senior ini tidak bereaksi. Sesaat kemudian senior ini mendekat dengan pengeras suara yang sejak tadi dipegang. Setelah sampai di depan Kenari, senior ini membentak keras,” Kamu berani membantah ya, apa kamu pikir kita keder, kalau Bapakmu Bintang Tiga baru kami ngeper (takut),” .

Senior itu membentak dengan suara keras dengan mulut di depan pengeras suara jinjing, sehingga suaranya didengar ratusan mahasiswa. Nampaknya senior sudah mempelajari biodata maba yang masuk. Senior ini sudah menandai maba-maba yang dianggap punya backing. Saya pun mendengar kalimat senior itu pun bergidik, lha kalau baru ngeper dengan Bintang Tiga tentunya senior ini pasti punya backing minimal Bintang Dua, pikir saya. Kejadian di hari pertama itu sungguh membuat maba merasa benar-benar tertekan.

Yang terjadi berikutnya ketika senior ini membacakan daftar barang bawaan yang harus dibawa untuk kegiatan hari berikutnya, kami pun memperhatikan dengan seksama serta mencatatnya. Beberapa yang saya ingat dari belasan item yang harus dibawa adalah blimbing (harus besisi lima), tutup botol (merk yang tidak terkenal), dan kempongan bayi.

Di sinilah kisah jenaka ini berawal, berkaitan dengan tugas membawa Kempongan Bayi.

Untuk menyelesaikan tugas-tugas membawa barang bawaan itu, kami dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 mahasiswa. Kegiatan OSPEK mulai jam 5 pagi sampai dengan Jam 7 setelah Isya. Mustahil untuk membawa barang bawaan belasan item itu tanpa kerja sama kelompok, karena kita baru mulai berburu barang-barang itu setelah selesai kegiatan jam 7 malam. Kalaupun bisa dikerjakan sendirian pastilah dibantu beberapa orang dari keluarga di rumah. Walhasil saya pun memilih bekerja dengan kelompok. Saya baru tidur pukul 2 pagi, dan harus bersiap di Kampus keesokan harinya pukul 5 pagi.

Keesokan harinya ketika matahari sepenggalah, di tempat yang sama, senior pun meminta maba mengeluarkan tiap tiap item barang bawaan. Tibalah saatnya senior meneriakkan untuk mengeluarkan Kempongan.

Sekarang Tolong Keluarkan Kempongan-nya, Cepat..Cepat..Cepat” bentak senior ceking yang kemarin membentak Kenari. Senior ceking yang koordinator lapangan ini memberi instruksi dari atas podium yang tinggi.

Maba pun bergegas mengambil Kempongan dari dalam tas masing masing dan mengacungkan ke atas kepala tinggi-tinggi agar Senior bisa melihatnya. Setelah semua maba mengangkat ke atas, senior-senior asisten pun bergerilya masuk ke barisan maba untuk mengecek apakah semua maba benar-benar membawa Kempongan.

Tiba tiba dari atas podium sang senior ceking itu berteriak, “ He..kamu Glendoh mana Kempongan Kamu ?”

Teman maba laki-laki ini dipanggil Glendoh mungkin karena tubuhnya agak gemuk, sedikit pendek dan kalau jalan lambat seperti entok..megal-megol.

[caption id="attachment_176740" align="aligncenter" width="500" caption="entok, sejenis Unggas ( sumber : cybex.deptan.go.id)"]

1336822018726769464
1336822018726769464
[/caption]

Mendengar teriakan senior,Glendoh yang merasa sudah mengacungkan barang bawaan yang dimaksud, bingung.

Kemudian Glendoh menjawab,” Ini kakak, saya sudah membawanya, saya sudah mengacungkan,” jawabnya sambil menunduk.

“ Mana Kempongan Kamu Glendoh..Cepat keluarkan,” teriak Senior Ceking

Senior ceking ini pun turun dari podium,” Mana Kemponganmu…Saya kan minta Kempongan “

Sesaat kemudian terdengar banyak penonton (mahasiswa senior non panitia OSPEK) yang tertawa terpingkal-pingkal.Suasana jadi gaduh luar biasa di sekitar halaman Kampus. Saya dan beberapa maba lain pun tidak menyadari apa yang terjadi, karena wajah kami menunduk. Kami pun akhirnya sedikit menengadahkan wajah sekedar mengintip apa yang terjadi.

Sesaat kemudian pun kami, sesama maba menyadari apa yang terjadi setelah mendengar Senior Ceking berteriak.

“ Goblok-mu kuwi lho Ndoh Glendoh….Suruh Bawa Kempongan kok bawanya Kenthongankata senior ceking sambil menggoyang-goyangkan Kenthongan yang diacungkan Glendoh di atas kepalanya.

[caption id="attachment_176739" align="aligncenter" width="640" caption="Kenthongan (sumber : dianpuspitasari9f.blogspot.com)"]

1336821930617329481
1336821930617329481
[/caption]

Semua maba pun sadar ternyata yang diacung-acungkan Glendoh sedari tadi adalah Kenthongan bukan Kempongan. Inilah yang membuat penonton di halaman kampus itu tertawa terpingkal-pingkal.

Ternyata Glendoh salah dengar. Ketika senior menyebutkan untuk membawa Kempongan kemarin , yang dia dengar Kenthongan.

Kemudian Senior Ceking menyuruh Glendoh naik ke Podium. Kemudian Senior itu memberi intruksi, “ Saiki tutukana sampai kenthongane pecah….” ( Jawa : Sekarang pukul kenthongannya sampai pecah”

Setelah sekitar dua menit Glendoh memukuli kenthongan, Senior menyuruhnya kembali ke barisan.

Seandainya suasana pada saat itu santai dan rileks pasti maba yang menyaksikan adegan itu akan terpingkal-pingkal. Tapi ketika itu semua maba diam, ada yang tersenyum dan ketahuan , senior pun langsung mencengkeram kerah bajunya.

Belakang hari baru ketahuan ternyata Glendoh ketika itu tidak bekerja kelompok seperti maba-maba lain. Dia merasa mampu menyelesaikan tugas membawa barang-barang OSPEK itu sendirian. Karena Glendoh bekerja sendirian, tidak berkelompok, kasus salah dengar-nya tidak ada yang mengingatkan. Seandainya dia bekerja berkelompok, niscaya Kasus Salah Dengarnya akan dikoreksi teman-teman sekelompok.

Rikho Kusworo 12 Mei 2012. Have a very nice weekend

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun