Mohon tunggu...
Rike Yurita
Rike Yurita Mohon Tunggu... Foto/Videografer - rikeyurita_6a

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sekolah Libur Pedagang Sepi Pembeli

5 April 2020   11:42 Diperbarui: 5 April 2020   11:58 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyebab libur panjang sekolah untuk pencegahaan penyebaran Covid-19 secara luas. Membuat para pedagang yang berjualan di depan sekolah SD Negeri Jatake 5 menjadi sepi yang biasanya dikerumunin anak-anak. Para murid diminta untuk belajar dirumah masing-masing. Selama 14 hari diliburkan nya sekolah.

 Sementara, sejak sekolah diliburkan karena wabah Virus Corona, berdampak langsung pada pedagang kaki lima. Seperti yang terlihat di kampung Dumpit, pedagang merasakan sepi pembeli. Ada salah satu dari penjual saya wawancara, bernama sardi (35), seorang pedagang cireng warga Dumpit RT 002 RW 003, Kecamatan Jatiuwung, mengaku sepi pembeli sejak sekolah diliburkan, pendapatan pun menurun, Senin (16/3/2020).

 "Saya merasa sedih karena biasanya rame pembeli sejak diliburkan sekolah jadi sepi," ujar Sardi. Walaupun sepi pembeli Sardi tetap semangat dalam berjualan makanan dengan penjual lain  yang merasakan hal yang sama.  

"Kemarin saya berkeliling kampung mendorong gerobak agar ada pembeli tetapi tetap saja sepi, jauh dari hari biasanya sebelum mewabahnya virus Corona ini,"imbuhnya.

Demi mencari nafkah terpaksa tetap berjualan meski sepi. "Kalau saya mengikuti aturan pemerintah dirumah saja, bagaimana saya bisa menafkahi keluarga jadi saya harus tetap berjualan. 

"Mudah-mudahan wabah dari virus Corona ini cepat menghilang, karena dampak yang saya rasakan omset menurun bagi kami pedagang kecil," ujarnya. Jalan pajajaran no 78 lenggang sekali tak seperti biasanya dipadati kendaraan antar jemput sekolah.

Mulai pekan lalu, beberapa sekolah yang diliburkan diperpanjang hingga juni. Ujian Nasional ditunda sempat terdengar ditiadakan juga. Berbagai komentar baik pro atau kontra bermunculan, baik di kalangan siswa, orang tua sampai guru-guru bahan pengamat mengenai belajar di rumah yang ditetapkan Pemerintah. 

Upaya untuk memastikan anak-anak belajar di rumah dan tidak bermain ke warnet, main games atau ke mall, beberapa Pemda seperti Kota Tangerang dan beberapa wilayah lainnya menurunkan personil Satpol PP melakukan operasi di masyarakat.

Jika ditemukan ada anak main games di warnet atau mall akan diminta pulang bahkan orang tuanya dipanggil. Sementara, bagi sebagian orang tua yang mendampingi atau mengajari anaknya belajar di rumah juga mengeluh bahkan kesal dengan berbagai keluhan yang bermunculan di medsos. 

Mulai stress, pusing, bahkan protes keras karena merasa tugas yang diberikan para guru secara online terlalu banyak dan berat. Tidak sedikit orang tua langsung protes bahkan minta beban tugas dikurangi. 

Dengan berbagai alasan serta fakta masing-masing. Mulai kebanyakan beban, anak stres, bahkan sampai sakit dan masuk rumah sakit. Tentu kita semua harus maklum. Kondisi ini terpaksa diberlakukan karena keadaan darurat serta mencegah bahaya yang lebih besar dari penyebaran covid-19 ini.

 Namun, sesuai ketentuan Pemerintah, siswa harus tetap masuk dengan metode belajar daring atau memberikan tugas via online, yang artinya ini merupakan pembelajaran jarak jauh kepada para muridnya. Jika kondisi sudah normal, tentu pembelajaran di sekolah akan dipulihkan kembali. 

Dalam kondisi seperti ini, salah seorang wali murid SDN Jatake 5 Kota Tangerang mengaku saatnya kita sadar, proses belajar anak itu tak cukup hanya di sekolah. Orang tua juga harus berperan, sekaligus saatnya menghargaan peran dan pengabdian para guru.

"Tugas guru mendidik mendidik anak di kelas dari pagi sampai siang/ sore hari bukan pekerjaan mudah. Menghadapi anak satu kelas dengan beragam perilakunya jelas butuh kesabaran ekstra. Tapi, itulah jati dirinya seorang guru," ujar Silmi ibu wali murid. 

Menurutnya, justru pembelajaran secara online beban tugas bagi anak sangat luar biasa. Meski dari rumah, yang kelihatan santai namun beban tugas anak-anak cukup melelahkan juga. "Jika dituruti, sampai tengah malam tugas dari guru belum selesai dikerjakan," imbuhnya Menurut Ketua KPAI Ratna Listyarti sempat berkomentar, belajar di rumah secara online justru membuat anak makin stress. "Banyak tugas bahkan jauh lebih banyak jika dibandingkan belajar di sekolah biasanya," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun