Mohon tunggu...
Rike Diyah Rohmawati
Rike Diyah Rohmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Teknik Elektro, Universitas Jember

Magang di Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral RI

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Asal Pilih Baterai PLTS

26 Februari 2022   08:54 Diperbarui: 26 Februari 2022   09:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: What are the Different Types of Solar Batteries? (solarreviews.com) 

Pemanfaatan energi surya melalui sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap merupakan salah satu andalan percepatan peningkatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Saat ini tren penggunaan sistem PLTS Rooftop diarahkan untuk mendorong penggunaan PLTS Rooftop untuk kebutuhan energi listrik sehari-hari pelanggan PT PLN (Persero) di sektor perumahan. Pemerintah berharap pelaku industri swasta dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan PLTS Atap nasional.

"Menuju target 23% pada 2025, energi surya menjadi salah satu andalan kami karena memiliki keunggulan yang tidak semua energi lain bisa menandingi, terutama dari segi biaya. Potensi pengembangan PLTS Rooftop sangat tinggi, baik untuk rumah tangga, komersial dan industri, serta gedung pemerintahan," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan, Harris saat membuka Sosialisasi Pemanfaatan Sistem PLTS Rooftop di Gedung Industrial Building yang digelar hari ini (Kamis, 5/05/2020)

"Biaya penggunaan sistem PLTS Rooftop juga semakin rendah, dimana harga listrik dari energi surya mencapai 1,32 US sen/Kwh. Namun perkembangannya telah memainkan peran dalam pandemi COVID-19. Kemajuan kami saat ini adalah menuju tren yang baik untuk mendorong penggunaan PLTS Atap di pelanggan PLN yang ada. Namun, saya tetap berharap kemajuan yang baik juga akan diikuti dalam pemanfaatan PLTS Atap oleh sektor industri," tambahnya.

Sejak diluncurkan Permen ESDM yang mengatur pemanfaatan sistem PLTS Atap pada Desember 2018, pelanggan PLN yang telah terpasang baru mencapai 2.566 dengan total kapasitas terpasang 18,19 megawatt peak (MWp). Sektor industri menjadi penyumbang terbesar dengan kapasitas 7.757 MWp dari 16 pelanggan, disusul sektor rumah tangga dengan kapasitas 5.151 MWp dari total 2.151 pelanggan dan sektor bisnis dengan kapasitas 1.910 MWp dengan total 190 pelanggan. . adalah sektor sosial, Pemerintah, dan layanan khusus.

Dalam kesempatan ini, Haris mengapresiasi penggunaan sistem PLTS Rooftop yang dilakukan oleh dua perusahaan swasta di dalam perusahaan tersebut dan diresmikan dalam dua bulan terakhir. Hal ini menjadi salah satu bukti untuk meningkatkan kesadaran para pelaku industri tentang pentingnya penggunaan energi ramah lingkungan dalam operasional perusahaan.

Pada akhir September 2020, PT Coca Cola Amatil Indonesia meresmikan pemasangan PLTS Rooftop di pabriknya di Cikarang, Jawa Barat dengan kapasitas 7,2 megawatt peak (MWp). Ini merupakan PLTS Rooftop terbesar di Asia Tenggara sekaligus terbesar ke-2 di kawasan Asia Pasifik. Selanjutnya pada awal Oktober 2020, PT Tirta Investama (Danone-AQUA) meresmikan PLTS Atap berkapasitas 2.919 kilowatt peak (KWp) di pabrik Aqua di Klaten, Jawa Tengah.

Menurut Harris, penggunaan energi surya dalam negeri akan mendorong pengembangan industri surya nasional. Ini adalah tren global yang sedang berjalan, dimana semakin lama pertumbuhannya semakin cepat sehingga Indonesia tidak boleh ketinggalan dan bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal..

Oleh karena itu, pihaknya berharap PT PLN (Persero) dapat mengakomodir dan memberikan kemudahan dalam pengajuan pelanggan PLTS Atap dari perusahaan swasta untuk mendorong penggunaan sistem PLTS Atap di sektor industri. "Saya berharap nantinya PLN bisa mendukung penuh tren ini untuk bisa mengakomodir dan memberikan kemudahan ketika ada aplikasi dari sektor industri khususnya dengan masalah meteran. Semoga teman-teman dari PLN bisa mempersiapkan meteran ekspor impor dengan baik. sehingga implementasi PLTS rooftop ini akan lebih mudah," ujar Harris.

Untuk diketahui, terkait energi surya, Pemerintah saat ini sedang memfinalisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang harga energi terbarukan. Meskipun hal ini tidak terkait langsung dengan PLTS Atap, namun secara keseluruhan akan mendorong PLTS Atap lebih tinggi lagi dalam pelaksanaannya. Harris mengatakan draf Perpres tersebut sudah selesai pembahasan harmonisasinya dan bisa segera mengirimkan surat kepada Presiden untuk ditetapkan. "Perpres ini nantinya akan mengakomodir upaya kita untuk memanfaatkan PLTS yang dilengkapi baterai untuk mengaktifkan PLTD yang saat ini unitnya sudah beroperasi di Indonesia, dan sudah komitmen bersama akan kita ganti dengan energi terbarukan," pungkasnya. (RWS)

Oleh karena itu kita harus mengetahui Komponen PLTS sebelum kita memasang PLTS, komponen dalam PLTS adalah :

1. PV
2. Solar Charge Controller
3. Inverter
4. Struktur penyangga
5. Baterai
6. Kotak penghubung
7. Inverter baterai
8. Panel distribusi
9. Kabel listrik
10. Penangkal petir
11. Pyranometer

Selain itu kita juga harus mengetahui jenis baterai yang dapat digunakan pada PLTS :

Lead -- Acid

Baterai jenis ini telah ada sejak lama dan banyak digunakan untuk sistem off-grid. Keuntungan baterai ini murah dan dapat diandalkan. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan perawatan yang rutin.

Lithium -- Ion

Jenis baterai berikut ini banyak digunakan untuk konsumen perumahan. Keuntungan baterai ini memiliki umur panjang, tidak memerlukan perawatan, efisien dalam ukuran. Sedangkan kekurangannya saat ini harganya masih mahal.

Nikckel -- Cadmium 

Jenis baterai yang popular untuk proyek PV skala komersial seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Keuntungan baterai ini tahan lama (durable), dapat beroperasi pada temperatur ekstrim, tidak memerlukan manajemen baterai yang kompleks. Sedangkan kekurangannya berbahaya dan dilarang di sejumlah Negara.

Flow battery

Yaitu baterai yang baru dikembangkan. Menggunakan elektrolit cair untuk menyimpan daya.Sesuai untuk penggunaan skala besar. Keuntungan baterai 100% depth of discharge, Low-maintenance, dan Lifespan paling panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun