Mohon tunggu...
Rikaz Prabowo
Rikaz Prabowo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kalau tidak menulis, kamu akan dilupakan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riwayat Diaspora Politik Indonesia: Keturunan Maluku di Belanda

19 April 2015   21:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361617" align="aligncenter" width="300" caption="Liputan di koran lokal belanda tentang aksi terorisme oleh keturunan maluku di Belanda. Dokumentasi: kompasiana"]

1429455333565001003
1429455333565001003
[/caption]


Frustasi

Terkatung-katung di negeri orang yang budaya, iklim, dan sosialnya berbeda memang keadaan yang sangat tidak mengenakkan. Orang-orang RMS di Maluku merasa Pemerintah Belanda tak jua memperhatikan nasib mereka secara individu, apalagi memperjuangan RMS. Nyatanya pasca kejatuhan Presiden Soekarno, hubungan Indonesia - Belanda kembali membaik saat pemerintahan Presiden Soeharto. Disinilah orang-orang RMS di Belanda mulai sadar janji-janji Belanda hanya omong kosong. Pada 1970 kefrustasian mereka diwujudukan dengan menyerang Wisma  Duta Besar Indonesia di Kota Wassenar, pengunjung di sandera, hingga berakibat seorang polisi Belanda tewas tertembak. Aksi lain masih berlanjut. Pada 1975 mereka membajak kereta di Wijster dan menyandera 38 penumpangnya, dimana 3 orang kemudian dieksekusi di kereta tersebut. Aksi ini juga dibarengi dengan serangan ke Konsulat Republik Indonesia di Amsterdam.

Masih belum puas, pada 1977 terjadi kembali pembajakan kereta di De Punt yang menewaskan masinisnya, dan dibarengi dengan aksi penyanderaan sebuah sekolah dasar di Bovensmilde. 50 penumpang kereta di sandera, dan 100 anak sekolah di sandera dalam aksi tersebut. Aksi ini kemudian dihentikan oleh serbuan Marinir Kerajaan Belanda yang menewaskan 6 penyandera dan 2 sandera. Aksi terakhir yang diduga dilakukan oleh orang-orang RMS di Belanda ini terjadi pada akhir 1978 dengan apa yang dikenal dengan insiden Wassenar, dimana terjadi serangan-serangan yang menyasar kantor-kantor pemerintahan.

Kondusif

Sejak insiden Wassenar tahun 1978 hingga saat ini tidak ada lagi aksi-aksi bersenjata yang dilakukan orang-orang RMS di Belanda seperti yang dijelaskan sebelumnya. Lagipula banyak dari mereka yang kemudian telah menjadi Warga Negara Belanda dan mulai melunak terhadap arah politisnya. Hubungan Belanda dan Indonesia semakin membaik dengan disetujuinya berbagai kerjasama. Belanda adalah salah satu negara donatur Indonesia yang tergabung dalam ICGI (International Consulate Group of Indonesia). Tidak sedikit pula dari orang-orang ini yang kemudian kembali ke kampung halamannya, baik hanya sekedar melepaskan rindu bersama keluarga di Maluku ataupun kembali menetap. Pada 1995 untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Maluku di Belanda didirikan Museum Maluka (MuMa) yang didanai oleh Pemerintah Belanda.

Orang-orang Maluku di Belanda baik yang pro RMS ataupun yang tidak akhirnya membangun sebuah kehidupan disana, berkeluarga, bekerja, meneruskan keturunan, dan melupakan trauma masa lalu. Sebagian besar orang-orang Maluku di Belanda sudah dalam generasi kedua dan ketiga dengan lebih mengutamakan pandangan yang praktis dan justru tidak mendukung RMS. Bagi mereka meskipun saat ini WN Belanda, namun persahabatan antara Indonesia harus tetap terjaga dengan baik. Saat ini keberadaan RMS di Belanda sudah semakin sedikit, orang-orang Generasi Pertama sudah banyak yang wafat dan menikmati hari tua yang tenang di Belanda. Menurut Gubernur Maluku Said Assegaf yang melakukan kunjungan ke Belanda pada September 2014, RMS sudah tidak lagi memiliki pengaruh disana. Pengikut RMS tinggal orang-orang berusia lanjut yang berasal dari Generasi Pertama. Penduduk keturunan Maluku di Belanda saat ini cukup banyak yakni sekitar 50 ribu jiwa dengan mayoritas pemikiran yang lebih terbuka dan lebih mengutamakan persahabatan dan perdamaian dengan negara asal leluhur mereka, Tanah Maluku - Indonesia.

Berkiprah di Berbagai Bidang

[caption id="attachment_361618" align="aligncenter" width="300" caption=" Daniel Sahuleka berjabat tangan dengan Presiden SBY saat menghadiri Kongres Diaspora Indonesia September 2013 Dokumentasi: merdeka.com"]

14294554171483351743
14294554171483351743
[/caption]

Wassalamualaikum, wr. wbKeberadaan orang-orang Maluku yang hidup di Belanda pada perkembangannya telah mengalami berbagai kemajuan. Bisa dibilang mereka justru lebih sejahtera daripada saudara-saudara mereka yang berada di Maluku. Beberapa diantaranya bahkan cukup dikenal di Belanda, Indonesia, bahkan dunia. Jika handai taulan mengenal penyanyi pop Daniel Sahuleka, beliau adalah Warga Negara Belanda yang berdarah Maluku dari ayahnya. Begitupula dengan mantan Kapten Timnas Belanda Giovanni van Bronckhorst, masih memiliki darah Maluku dari ibunya. Bahkan pada tahun 2005 ada nama Sharita Sopacua yang memiliki darah Maluku dari ayahnya, berhasil memenangkan ajang Miss Universa Belanda. Luar biasa bukan? Salut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun