Presiden pertama RI Ir. Sukarno atau yang lebih akrab dipanggil BK merupakan salah seorang yang menurut penulis memiliki kelebihan yang diciptakan tuhan untuk bangsa ini. Seorang orator ulung dan Arsitek ini paham betul dengan ilmu-ilmu Filsafat dan pemikiran, terutama yang berkembang saat itu. Sebagai salah satu pemimpin besar Bung Karno merupakan pencetus dari ideologi atau sebuah pemikiran yang biasa disebut Marhaenisme. Apa itu Marhaenisme dan bagaimana sejarahnya ? Sebelumnya penulis haturkan maaf terlebih dahulu apabila pembahasan dari posting ini terlalu singkat dan sederhana, dikarenakan bahasan kali ini menyangkut tentang ilmu-ilmu pemikiran dan filsafat yang bukan keahlian penulis.
Sejarah :
Indonesia tahun 1921, tepatnya di Kota Bandung. Saat itu Sukarno remaja mengenyam pendidikan di kota kembang tersebut di Technisce Hoogeschool atau sekarang yang lebih dikenal dengan ITB. Bandung pada kala itu sudah menjadi kota pergerakan, dimana ada orang-orang berpendidikan pasti ada pergerakan, terutama yang digerakkan oleh mahasiswa. Termasuklah Sukarno yang saat itu sudah menjadi aktivis yang lantang berjuang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Sukarno orang yang saat remaja tak jarang meluangkan waktu sebentar untuk merenung, atau lebih tepatnya memahami sesuatu, pernah suatu saat ia memahami tentang pembagian kelas-kelas yang ada di Indonesia. Saat itu ia sedang bergumul dengan persoalan-persoalan teoritik. Akhirnya, pada suatu pagi Bung Karno memilih mengayuh sepedanya tanpa tujuan. Barangkali hanya ingin jalan-jalan dan mencari Inspirasi. Saat itu Bung Karno bersepeda ke arah selatan Bandung yang memang terkenal dengan wilayah pertanian. Tiap-tiap petani mengerjakan sawahnya sendiri. Ini menarik perhatian Bung Karno, beliau mendatangi salah seorang petani dan kemudian terjadi sebuah dialog. Dari dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa petani itu mengerjakan sawah sendiri yang diwariskan secara turun temurun, menggunakan perkakas sendiri, hasilnya untuk menghidupi diri sendiri atau keluarga sendiri, dan tidak memperkerjakan orang lain, serta mempunyai rumah gubuk kecil yang dimiliki sendiri pula. Nama petani itu adalah Marhaen. Dari situlah Bung Karno terilhami dengan orang senasib dengan petani bernama Marhaen itu dan kemudian menamai semua orang Indonesia yang bernasib sama dengan Kaum Marhaen.
Filsafat Marhaenisme :
Pada perkembangannya BK tidak hanya memanggil Kaum Marhaen untuk petani saja, melainkan kepada orang lain yang memiliki kesamaan nasib dengan Marhaen si petani. Contohnya, Tukang Gerobak. Karena punya alat produksi sendiri tetap tidak menggunakan atau memperkejakan orang lain, serta tidak memiliki majikan dan hasilnya untuk menghidupi diri sendiri atau keluarga sendiri. Bung Karno mengatakan bahwa Marhaenisme merupakan lambang dari penemuan kembali kepribadian nasional bangsa Indonesia. Atau istilah lainnya teori yang disusun sesuai konteks historis dan kekhususan masyarakat Indonesia.
Apa itu Marhaen dalam artian pemikiran atau ideologi ? Untuk itu perlu dijabarkan terlebih dahulu ciri-ciri dari Kaum Marhaen atau kategori dari orang-orang yang dapat disebut sebagai kaum Marhaen. Pertama, ia merupakan pemilik produksi kecil. Kedua, ia tidak menyewa atau memperkerjakan orang lain. Alat produksi itu dikerjakan dengan tenaga sendiri atau bersama keluarga. Ketiga, ia tidak memiliki majikan. Keempat,hasil produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Singkat kata bung karno mendefinisikan Marhaen sebagai sebagai seorang yang mempunyai alat produksi kecil, seorang kecil, dengan alat-alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Dalam terminologi Marxis, ini mungkin sepadan dengan istilah borjuis kecil. Namun BK memberi penekanan pada istilah Marhaen dengan perkataan 'Kaum Melarat Indonesia'. Artinya meskipun ia memiliki produksi kecil, mungkin mirip borjuis kecil, tetapi ia hidup melarat atau pas-pasan. Dengan demikian istilah Kaum Marhaen disematkan mencakup petani kecil, pedagang kecil, pemilik usaha kecil, dll.
Dalam perkembangannya, Sukarno mulai memasukkan proletar sebagai bagian dari Kaum Marhaen Indonesia. Pada tahun 1960-an Sukarno menyebut Kaum Marhaen itu terdiri dari 3 unsur, yakni kaum miskin proletar atau buruh, unsur kaum tani melarat, dan kaum melarat lainnya. Ideologi atau pemikiran tentang Marhaenisme adalah sebuah pemikiran yang sebenarnya menjadikan seseorang Berdikari atau Berdiri diatas Kaki Sendiri dengan kata lain seseorang tidak memiliki majikan yang dapat mendikte, tidak memperkerjakan orang lain sehingga tidak saling mendikte, dan kebutuhannya juga untuk keperluan diri sendiri atau keluarganya.
Tulian ini juga dapat dilihat di
http://indonesialogi.blogspot.com/2013/02/mengenali-marhaen-dan-marhaenisme.html
Sumber:
Berdikari Online
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H