Mohon tunggu...
Syakir NF
Syakir NF Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir dan tumbuh di Cirebon, ia kini tengah berkelana di ibu kota mencari jalan ke kota ibu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Atmosfer Pemira Uin Jakarta Sebagai Refleksi Pendidikan Politik Sehat Mahasiswa

22 November 2014   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:07 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Saat politik bengkok maka yang meluruskannya adalah sastra”

~~~Seno Gumira Ajidarma~~~

Di penghujung senja bulan November ini atmosfer Pemilihan Raya (PEMIRA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terasa lebih sexy. Lantaran semakin meningkatnya volume apresiasi mahasiswa untuk terjun menghadirkan sistem demokratis-partisipatoris yang memanifestasikan freedom dan power sharing dalam bingkai kontestasi.

Melalui itu, kekuatan jiwa visioner mahasiswa akan berorientasi faktual pada peradaban (madaniyah), tak hanya berbasis pada tujuan untuk sekedar dicatat oleh ruang sejarah (tarikhiyah) namun meletakkan kerangka konseptual dan aksi dalam bingkai peradaban progresif, yang indikatornya bersifat dialektis.  Dengan demikian, akan menorehkan spirit mahasiswa yang membuka ruang terimplementasikannya keterbukaan, toleransi, siap menjalin hubungan dengan siapa saja yang mau membangun kebaikan, serta daya saing yang dilindungi tanpa adanya virus hegemoni mayoritas dan tirani minoritas.

Mahasiswa umumnya sependapat bahwa visi-misi seharusnya dipatrikan dan dipraktikkan.  Dalam visi-misi dan strategi mahasiswa sebagai agent of change yang saat ini berada dalam hiruk-pikuk kegaduhan politik, hendaknya tak terlepas dari kepedulian terhadap problem realitas masyarakat secara luas. Menyikapi itu semua, peran mahasiswa sebagai motor penggerak dan pendobrak harus lebih masif mengingat masalah yang dilanda bukanlah persoalan seloroh. Kebangkrutan akal sehat dan kebobrokan logika yang ditanamkan suatu kepemimpinan menjadi persoalan yang sangat kompeherensif.

Oleh karenanya, suatu kepemimpinan yang terlahir dari pemilihan realistis dan objektif dari khalayak setidaknya mampu mengintegrasikan potensi dan kapabilitas yang berujung kepada perbaikan dan perubahan. Dengan kerjasama yang tulus dari semua individu secara estafet, menjadi sebuah tolok ukur tanpa kita kembali berpikir skeptis sebab terjadi variabel pendukung ke arah demokratisasi yang masih jauh api dari panggang selama ini.

Melalui panggung kontestasi PEMIRA UIN jakarta ini, seyogiyanya menjadi manifes pembelajaran yang berharga bagi seluruh mahasiswa setelah kenangan buram di zaman Orde Baru yang membatasi aktivitas mahasiswa di kampus hanya dengan orientasi akademik belaka, tanpa boleh lagi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sosial-politik. Dengan begitu mahasiswa setidaknya bisa menjadikan PEMIRA sebagai pendidikan politik sehat yang ditanamkan sejak dini dan diharapkan mampu untuk menumbuhkembangkan kesadaran perubahan kedepannya.

(Arief D. Hasibuan, Calon Presiden HMJ-PBSI 2014-2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun