Kulewati malam dengan sepuntung rokok yang tersisa,
Lalu ditemani secangkir kopi beraromakan luka,
Dibawa langit malam kulantunkan doa-doa kesunyian,
Tentang gadis kecil yang menjajak koran di lampu merah sebuah kota,
Tentang perempuan malam di perempatan jalan yang rela tubuhnya dijadikan ladang mencari makan sebab terlanjur menjanda diusia yang masih muda,
Tentang pria paru baya yang lelah mencangkul kaleng bekas di emperan toko dan saluran pembuangan perusahan demi mencari nafkah menghidupkan anak istri yang menunggu di kolong jembatan,
Sebetulnya untuk apa pembanguan?
Di tanah yang katanya kaya akan sumber daya alam masih ada penindasan,
Asing makin menguasa sedangkan pribumi makin terpental dan merana,
Sebetulnya milik siapa negri ini?
Milik rakyat ataukah milk tuan berjas dan berdasi kapitalis,
Ah entahlah,
Yang jelas bahwa malam ini terlalu singkat untuk aku lantunkan doa-doa keresahan,
Dan yang pasti bahwa keadilan hanya milik mereka yang berkantong tebal dan berjas kekuasan,
"sekian"
Riki Goi
Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H