Aku dan kamu hanyalah sepotong tali senar,
Yang dipajang melekat pada pahatan kayu seniman,
Yang dengan imaji liarnya musisi memainkan nada,
Dengan diksi yang indah musisi melantunkan intonasinya,
Masih tentang aku, kamu dan mereka yang kini menjadi kita,
Kita adalah sepotong tali senar yang tidak bisa terpajang sendiri,
Butuh kebersamaan agar intonasinya terdengar sempurna,
Butuh kesatuan agar nadanya terpetik indah,
Marilah lantunkan lagu kehidupan,
Tentang duka orang-orang terpinggirkan,
Tentang luka pengamen jalan yang mendambakan makan,
Tentang rindu yatim-piatu akan pelukan ayah dan ibu,
Dan tentang harapan sarjana akan lapangan pekerjaan.
Tentang aku, kamu dan mereka yang menjadi kita,
Selalu ada peluh yang terjatuh dalam  ruang hidup,
Selalu ada air mata yang membasah setiap perjuangan,
Selalu ada luka di setiap perjalanan mengejar impian,
Skenario kehidupan sudah diatur sedemikian rupa,
Jangan letih lalu menyerah hingga kita terpental,
Jangan diam lalu menepi hingga kita mati dalam mimpi yang tidak terealisasi,
Kita harus sadar muara perjuangan selalu ada mutiara di dasarnya.
Riki Goi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H