Manusia boleh melakukan segala daya upaya agar bayang-bayang kematian dan malaikat pencabut nyawa itu tidak mendekat. Namun jika kematian itu sudah digariskan untuk si A, maka si A tidak bisa menolaknya.
Sehingga, maksud dari renungan ini adalah untuk menggarisbawahi akan pentingnya memaknai segala sesuatu dengan iman, segala kejadian, bencana alam, baik karena alam ingin memperbaharui dirinya atau karena kelalaian manusia. Sebab semua itu tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat semata.
Artinya, dalam melihat pandemi corona virus deseases 2019, sebuah ancaman global yang masih diperdebatkan oleh berbagai negara di dunia akan asal-usul virus ini untuk perlu melihatnya dari perspektif iman.
Jika tidak, pandemi covid-19 yang mencabut ribuan hingga ratusan ribua nyawa tiap hari hanya akan menjadi catatan buruk dalam sejarah perjalanan manusia tanpa mengambil hikmah sedikitpun.
Kematian hanya soal waktu. Ketakutan di satu sisi adalah manusiawi. Semua akan mati karena manusia tidak ada yang abadi. Jangan sampai ketakutan akan kematian membuat kita lupa akan "kemanusian" seperti perilaku manusia akhir-akhir ini.
Sebut misalnya, karena takut kehabisan stok, yang berduit langsung membeli dan menimbun segala macam stok, mulai dari sembako, masker dan sanitizer, tabung oksigen, obat-obatan, vitamin dan lain-lain, sehingga menyebabkan yang lainnya tidak mendapatkan bagian.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk menjawab pertanyaan reflektif berikut "apakah dengan melakukan hal itu, kita bisa menjamin akan terhindar dari kematian?" Apakah yang tidak kebagian mendapatkan perlengkapan seperti itu akan langsung mati? Jawabannya tidak pasti. Hanya Malaika Maut yang tahu.*
Salam Kemanusian
Jaga Kesehatan
Lindungi Diri, Lindungi Orang Lain.
Perkuat Kemanusian Kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H