Mohon tunggu...
Rikal Dikri
Rikal Dikri Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer dan Content Creator YouTube: Agama Akal Channel

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, meski sekarang hanya menikmati kecantikanmu dengan mata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Jaenuddin Nachiroh dan Hulai Wo

18 Desember 2018   02:36 Diperbarui: 18 Desember 2018   02:43 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah negara yang terbentuk dari berbagai pulau dan suku bangsa, ada seorang pemimpin yang bersahaja, postur tubuhnya kurus kerempeng, lumayan tinggi, keriput di dahinya seakan-akan menggambarkan ia seorang pekerja keras, pemungut kayu bakar di tengah hutan. Sebut saja pemimpin itu Jaenuddin Nachiroh.

Suatu hari Jaenuddin menemui rakyatnya untuk membagikan sertifikat tanah, di satu kesempatan bertemu lah dia dengan sosok konglomerat, pengusaha tajir melintir, punya aset di luar negeri, sebut saja namanya Hulai Wo. Seorang konglomerat yang akan menjadi rival Jaenuddin di Pilpres mendatang.

Hú lái dalam istilah Mandarin adalah sosok peruksak, pengacau, pembuat onar, atau orang yang bertindak sewenang-wenang tanpa memandang aturan. Sama dengan sosok Hulai yang bertemu Jaenuddin itu, ia tidak pernah membayar pajak dan tidak menggaji karyawannya.

Terjadilah sebuah percakapan antara Jaenuddin dan Hulai Wo.

"Pak Hulai, sampean kan mau nyapres, apa ndak capek nyapres terus?" Tutur Jaenuddin dengan suara pelan berlogat Jawa.

"Iya dong saya mau nyapres lagi, kan uang saya banyak" jawab Hulai dengan gaya sombong membusungkan dada.

"Oh begitu, hehe. Katanya kalau sampean kalah negeri ini akan punah?" Tanya Jaenuddin.

"Iya lah, karena Aseng berkuasa. Dan kalau saya kalah negara ini punah, alias 2030 bubar" jawab Hulai sambil joget Gatot Kaca.

"Lha, sampean kan kemarin dapat donor kampanye dari pengusaha China, dan sampean juga kalah terus tapi negara ini ndak punah-punah, ndak bubar juga toh Pak Hulai" ucap Jaenuddin kepada Hulai.

"Lha, bener juga kamu Jaenuddin, aku kalah mulu yo" sesal Hulai sambil tepuk jidat.

Diam sejenak....

"Tapi gak papa lah, aku kan pengen jadi presiden, pengen berkuasa kayak mertuaku, enak zamanku toh" sontak Hulai sambil menirukan mertuanya.

"Yo wess, kalau sampean kalah lagi aku ndak tanggung jawab yo, aku sih kerja aja, niatku mengabdi" tutur Jaenuddin, sambil memalingkan badannya, beranjak ketemu rakyat.

Sejenak terdiam hening, Hulai Wo merenung, dalam hatinya ia bergumam.

"Lha iyo juga, kalau kalah maning Piye? Kayaknya harus bikin sinetron Sandiwara nih, biar dapat simpatik rakyat, tapi apa ya?".

Sambil berfikir muncullah ide untuk membuat sinetron dramatis, pengennya sih kayak film Korea dramatis gitu tapi jadinya malah kayak parodi komedi, lahirlah Film "Azab Operasi Plastik", Sandiwara selanjutnya "Cawapres Ditolak Pasar", selanjutnya lagi "E-KTP Di Karung Goni", seterusnya "Runtuhnya Baliho Papah", dan lain sebagainya.

Jangan kemana-mana tunggu sinetron yang akan datang! #SandiwaraUno

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun