Ketika Edward Snowden mengungkap praktik penyadapan besar-besaran yang dilakukan  Badan Keamanan Nasional AS (NSA)  pada tahun 2013, seluruh dunia terkejut. Snowden,  mantan kontraktor NSA, mengungkap rahasia terbesar negaranya  dan mengungkap bagaimana NSA  mengumpulkan informasi rahasia di seluruh dunia. Insiden ini telah mengguncang lanskap keamanan global dan menimbulkan pertanyaan mengenai etika, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri AS.
 Untuk memahami peristiwa ini, mari kita telusuri melalui kacamata teori realisme defensif dalam politik internasional. Teori ini menekankan peran keamanan dan perlindungan negara sebagai tujuan utama  hubungan internasional. Dalam konteks peristiwa Snowden, beberapa elemen teori realisme defensif muncul dengan jelas.
 1. Keamanan dan perlindungan:
 Teori realisme defensif menekankan bahwa negara bertindak untuk melindungi keamanan nasionalnya dari ancaman eksternal. Dalam hal ini, Amerika beralasan penyadapan merupakan upaya untuk menjaga keamanan nasional dan mencegah potensi ancaman. Namun timbul pertanyaan:
Apakah pengumpulan data rahasia dari negara-negara sahabat dan sekutu sejalan dengan tujuan ini?
2. Konsekuensi pengungkapan:
 Edward Snowden secara pribadi memutuskan untuk mengungkap aktivitas penyadapan NSA. Hal ini mempunyai konsekuensi yang serius baik bagi negara itu sendiri maupun bagi hubungan Amerika dengan negara-negara lain. Dalam konteks realisme defensif, hal ini mewakili pergulatan antara keamanan negara dan hak individu untuk mengekspresikan pelanggaran privasi mereka.
 3. Diplomasi dan kebebasan berekspresi:
Kasus Snowden menciptakan dilema diplomatik. Bagaimana reaksi Amerika Serikat terhadap pengungkapan yang disampaikan kepada negara-negara sahabat dan sekutunya? Meskipun realisme defensif menekankan pembelaan negara, realisme ini juga menekankan perlunya melindungi hubungan internasional melalui diplomasi dan kebebasan berekspresi.
 4. Perubahan kebijakan:
Kasus Snowden berdampak pada kebijakan luar negeri AS. Pada tahun 2015, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan berhenti melakukan penyadapan terhadap negara-negara sahabat atau sekutu. Pergeseran kebijakan ini menunjukkan bahwa negara-negara dengan pendekatan realis ofensif pun dapat beralih ke realisme defensif dalam menghadapi tekanan internasional dan kepentingan diplomatik.