Guruh menggelegar dengan keras. Petir menyambar-nyambar di langit menyilaukan mata. Keisha bergegas menutup gorden kamarnya dengan dada berdebar. Tiba-tiba ia merasakan sengatan listrik menjalar dari ujung jari tangannya ke seluruh tubuhnya. Setelah itu gelap. Ia tak ingat apa-apa lagi.
Beberapa saat kemudian, Keisha tersadar. Ia perlahan membuka matanya. Gelap gulita. Rupanya ia belum menyalakan lampu.
“Apa yang terjadi pada diriku?” gumam Keisha lirih. Ia bingung kenapa ia bisa tergeletak di lantai. Ia mencoba bangun. Seketika ia melihat ada yang aneh di sekujur tubuhnya.
“Kenapa badanku bisa menyala begini?” Keisha terheran-heran. Seluruh tubuhnya seperti ada selaput tipis yang melapisi dan bersinar seperti lampu berwarna pelangi.
“Aku pasti sedang mimpi,” ujar Keisha sambil menepuk-nepuk pipinya.
“Keisha, kenapa kamu belum menyalakan lampu, Nak? Ini sudah larut malam.” Ibu Keisha setengah berteriak mengingatkannya dari luar kamar.
“Iya Ma, sebentar.” Keisha bergegas bangkit dan berjalan ke arah saklar lampu untuk menyalakannya.
Begitu lampu tersebut dinyalakan, sinar yang melapisi tubuhnya hilang. Ia mematikan lampu kamarnya, sinar itu muncul lagi. Dengan cepat Keisha menyalakan lampu kembali supaya sinar itu hilang, sambil mencoba menenangkan kegundahan hatinya atas keanehan yang terjadi pada dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan rumah. Tak disangka-sangka dua orang perampok masuk ke dalam rumah saat Ibu Keisha membukakan pintu.
“Tolong! Tolong!” Ibu Keisha berteriak, namun tak lama mulutnya dibekap oleh salah satu penjahat.
“Coba kamu periksa kamar itu.” Perampok tersebut menyuruh temannya untuk masuk ke dalam kamar Keisha.
Keisha yang mendengarkan dari dalam kamar buru-buru mematikan lampu. Ia bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.
“Ada siapa di dalam? Ayo cepat keluar! Kalau tidak, wanita ini akan kami celakai.” Ancam si penjahat sambil memasuki kamar.
Dengan gemetar dan dada berdegup kencang, Keisha merangkak keluar dari kolong tempat tidur. Ia tak ingin ibu yang sangat ia cintai itu dilukai oleh para perampok.
“Ha... ha... hantuuu!” Lelaki jahat itu langsung berlari keluar kamar begitu melihat sosok berpendar seperti pelangi merayap dari bawah tempat tidur. Ia pergi meninggalkan temannya yang kebingungan.
Perampok yang membekap mulut Ibu Keisha menjadi ikut-ikutan panik. Tanpa pikir panjang lagi, ia berlari keluar rumah menyusul temannya.
“Ma, Mama gapapa kan, Ma?” Keisha setengah berlari menuju ke arah ibunya yang masih terhenyak di dekat pintu.
Ibu Keisha menggelengkan kepalanya perlahan. Badannya gemetar.
“Apa yang barusan terjadi, Nak?” Ia bertanya kepada anaknya.
“Entahlah, Ma. Tapi yang penting kita berdua selamat. Kedua penjahat itu sudah keluar dari rumah kita.” Keisha memeluk ibunya sambil berusaha menenangkannya. Ia tak berniat untuk memberitahu ibunya tentang energi glow in the dark yang ia miliki. Biarlah itu menjadi rahasianya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H