Mohon tunggu...
Rika Apriani
Rika Apriani Mohon Tunggu... Novelis - Writer, author, blogger. Nama Pena: Zanetta Jeanne.

Creating my own imaginary world through writing. Adi dan Ica (in progress).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merah Jambu Kenangan

1 April 2024   13:13 Diperbarui: 1 April 2024   13:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.inspirasipertanian.com

“Di, hati-hati jatuh, Di!” Ica berteriak dan menutup mukanya dengan tangan. Ia memandang dengan cemas ketika melihat Adi dengan sigapnya memanjat pohon jambu air dan meniti perlahan di antara ranting-ranting yang kokoh.

“Tenang aja, Ca. Kamu ga usah khawatir.” Adi tertawa kecil sambil menenangkan Ica. Ia memetik jambu-jambu air yang ranum kemerahan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik putih yang sudah disematkannya terlebih dahulu di kaitan ikat pinggang celananya.

Adi bergelantungan di dahan-dahan pohon jambu air tersebut. Ia mengayun-ayunkan tubuhnya yang hanya mengandalkan kekuatan kedua tangannya. Tiba-tiba pegangan tangannya terlepas dan ia pun terjatuh.

“Adiii!!!” Ica memekik keras. Seketika ia berlari menghampiri anak lelaki tersebut. Mukanya pucat pasi. Raut wajahnya memerah, ada sedikit genangan air di matanya yang bulat dan indah.

Ica dengan perlahan membalikkan badan Adi yang jatuh tertelungkup. Mata Adi terlihat terpejam.

“Adi, kamu kenapa, Di?” Ica mulai panik dan terisak-isak.

Adi tersenyum kecil dan membuka matanya.

“Aku bercanda, Ca. Tadi itu aku pura-pura jatuh.” Sahut Adi tertawa kecil.

“Eh, kamu kenapa, Ca? Kok nangis?” Adi kaget dan menjadi khawatir ketika mengetahui Ica menangis tersedu-sedu dan bertambah kencang.

“Uuh, sebel! Jadi kamu jatuh tadi cuma pura-pura ya! Aku udah takut banget, tau!” Ica memukul bahu Adi sambil memalingkan muka, mencoba menyembunyikan mukanya yang penuh dengan air mata.

“Aduh, maap ya, Ca. Adi ga bermaksud bikin Ica takut. Adi ga ada niat untuk buat Ica nangis. Maapin Adi, ya Ca.” Adi memegang wajah Ica dan pelan-pelan menghapus air mata di pipi Ica. Ica mengangguk perlahan sambil sesekali terisak.

“Udahan nangisnya, ya Tuan Puteri. Ini Pangeran Becak kasih hadiah jambu yang banyak untuk Tuan Puteri.” Kata Adi sambil memperlihatkan plastik putih yang banyak berisi jambu air ke hadapan Ica.

“Wah, banyak juga jambu yang berhasil kamu petik, Di.” Wajah Ica berbinar-binar bahagia melihat isi plastik putih yang dipegang Adi.

“Yuk, kita duduk di bawah pohon aja, Ca. Mumpung cuaca cerah dan anginnya sejuk.” Ajak Adi tanpa menunggu lebih lama lagi. Ia langsung duduk, diikuti oleh Ica yang menyusul di sampingnya.

Kemudian Adi dengan sabar memilih-milih jambu air yang bagus kondisinya dan membersihkan jambu-jambu air tersebut dengan bajunya. Dengan penuh hati-hati ia mengupas jambu-jambu air pilihannya dan mengumpulkannya.

“Nih, Ca. Kamu cobain. Aku sudah pilihkan yang bagus-bagus untukmu.” Adi menawarkan jambu-jambu air yang ada di genggamannya ke hadapan Ica.

“Wah, terima kasih banyak ya, Di.” Ica tersenyum manis. Ia pun mencoba jambu air yang Adi berikan.

“Manis, ga?” Adi bertanya dengan nada penasaran.

“Nih, kamu cobain aja sendiri.” Sahut Ica sambil menyodorkan jambunya langsung ke mulut Adi. Muka Adi bersemu merah. Ia mencoba menyembunyikan kegugupannya. 

Anak lelaki itu membuka mulutnya. Perlahan ia mengunyah potongan jambu air merah yang telah ranum tersebut. Sedikit demi sedikit ia mencecap, meresapi rasanya. Tak ingin ia terburu-buru untuk menghabisi jambu air itu dalam mulutnya.

Jambu air yang disuapkan Ica ke mulut Adi terasa teramat manis. Tak pernah rasanya Adi menyicipi jambu air seenak itu. Ada rasa yang menggelitik di perutnya saat itu. Sensasi yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun Adi begitu menikmatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun