“Udahan nangisnya, ya Tuan Puteri. Ini Pangeran Becak kasih hadiah jambu yang banyak untuk Tuan Puteri.” Kata Adi sambil memperlihatkan plastik putih yang banyak berisi jambu air ke hadapan Ica.
“Wah, banyak juga jambu yang berhasil kamu petik, Di.” Wajah Ica berbinar-binar bahagia melihat isi plastik putih yang dipegang Adi.
“Yuk, kita duduk di bawah pohon aja, Ca. Mumpung cuaca cerah dan anginnya sejuk.” Ajak Adi tanpa menunggu lebih lama lagi. Ia langsung duduk, diikuti oleh Ica yang menyusul di sampingnya.
Kemudian Adi dengan sabar memilih-milih jambu air yang bagus kondisinya dan membersihkan jambu-jambu air tersebut dengan bajunya. Dengan penuh hati-hati ia mengupas jambu-jambu air pilihannya dan mengumpulkannya.
“Nih, Ca. Kamu cobain. Aku sudah pilihkan yang bagus-bagus untukmu.” Adi menawarkan jambu-jambu air yang ada di genggamannya ke hadapan Ica.
“Wah, terima kasih banyak ya, Di.” Ica tersenyum manis. Ia pun mencoba jambu air yang Adi berikan.
“Manis, ga?” Adi bertanya dengan nada penasaran.
“Nih, kamu cobain aja sendiri.” Sahut Ica sambil menyodorkan jambunya langsung ke mulut Adi. Muka Adi bersemu merah. Ia mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Anak lelaki itu membuka mulutnya. Perlahan ia mengunyah potongan jambu air merah yang telah ranum tersebut. Sedikit demi sedikit ia mencecap, meresapi rasanya. Tak ingin ia terburu-buru untuk menghabisi jambu air itu dalam mulutnya.
Jambu air yang disuapkan Ica ke mulut Adi terasa teramat manis. Tak pernah rasanya Adi menyicipi jambu air seenak itu. Ada rasa yang menggelitik di perutnya saat itu. Sensasi yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun Adi begitu menikmatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H