Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif(Wikipedia). Dalam Pembelajaran Berdifrensiasi ada tiga bagian, yakni Diferensiasi Konten, Proses dan Produk.Â
Diferensiasi Konten adalah keragaman tampilan media pembelajaran yang disiapkan oleh guru. Guru harus mampu mengakomodasi murid dengan berbagai gaya belajarnya. Sumber belajar tidak lagi mutlak hanya berupa media cetak, namun bisa juga media lain. Karena murid memiliki beragam gaya belajar, visual, auditif dan kinestetik.
Murid yang memiliki gaya belajar visual akan bosan jika hanya diberi bacaan berupa teks saja, mereka membutuhkan tampilan yang lebih menarik. Demikian juga untuk murid yang memiliki gaya belajar auditif, mereka memerlukan bahan ajar yang memiliki suara. Pun dengan murid dengan gaya belajar kinestetik, mereka perlu diberi ruang untuk bergerak.
Diferensiasi Proses merupakan keragaman dalam menerima pemahaman materi. Bagaimana murid menangkap materi dengan pendekatan dan metode yang ditampilkan guru dikelas.Â
Saat ini, guru tidak lagi bisa memandang murid sebagai objek yang seragam.Murid memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Begitupun dalam menjawab soal. Sudah menjadi suatu kebiasaan, guru memberikan soal latihan atau tes yang sama untuk setiap murid, sehingga kebutuhan murid tidak terlayani dengan baik.Â
Murid adalah seorang anak yang masing-masing unik dengan ciri khasnya sendiri. Maka perlu dibuatkan soal latihan yang tidak lagi mengharuskan murid mengerjakan soal yang sama dengan teman sekelasnya.
Saya merancang Lembar Kerja berbentuk kumpulan Hexagon. Dimana Hexagon-hexagon yang ada disusun membuat barus dan kolom. Setiap kolom memiliki indikator soal yang berbeda, sedangkan baris yang tersusun di kolom yang sama merupakan soal dengan indikator sama namun berbeda bentuk soal. Aturan mainnya, murid harus membuat lintasan tak putus dari kiri ke kanan dengan cara menjawab soal yang ada pada hexagon.
Saat soal diberikan kepada murid, beberapa murid kebingungan karena belum terbiasa dengan teknis pengerjaan soal, namun dengan beberapa penjelasan, akhirnya murid dapat memahami aturan main pada Lembar Kerja Hexagon.
Dari hasil jawaban murid, guru meminta murid untuk menandai lintasan yang telah dibuat oleh murid. Hasilnya sangat mengejutkan, lintasan yang dibuat oleh murid berbeda-beda. Hanya ada 1-2 murid saja yang membuat lintasan yang sama. Selebihnya lintasan yang dibuat sangat beragam.Â
Hal ini menunjukkan adanya diferensiasi proses pada murid saat memahami materi dan mengerjakan soal. Adapula murid yang tidak membuat lintasan, namun mengerjakan soal pada semua hexagon yang ada.Â
Hal ini menunjukkan kebebasan berproses pada murid, sehingga murid boleh mengerjakan lebih dari yang diminta petunjuk soal. Dengan demikian, guru memberikan kesempatan murid untuk mengasah lebih kecakapannya dalam menyelesaiakan masalah tanpa diminta.