Mohon tunggu...
Rika Amalia
Rika Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Literasi Digital Dalam Penggunaan AI Untuk Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

27 Oktober 2024   14:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   14:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi telah menjadi alat penting dalam transformasi sistem pendidikan di seluruh dunia. Literasi digital, yaitu pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dengan teknologi, sangat penting untuk memaksimalkan manfaat teknologi dalam pendidikan. AI merupakan salah satu penggunaan teknologi yang paling menjanjikan untuk pendidikan inklusif.

Untuk membuat anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembelajaran, mereka memerlukan dukungan khusus. Namun, kecerdasan buatan dapat membantu meningkatkan aksesibilitas materi pendidikan, menyesuaikan strategi belajar, dan meningkatkan partisipasi ABK dalam proses pembelajaran. Namun, untuk menggunakan AI dalam pendidikan inklusif, guru, orangtua, dan ABK juga harus memiliki literasi digital yang baik.

Literasi digital, menurut UNESCO (2018), "merupakan kemampuan individu untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyampaikan informasi melalui internet." Ini sangat penting karena ABK membutuhkan akses informasi yang mudah dan fleksibel.

Dalam artikel ini, akan membahas peran literasi digital dalam penggunaan AI untuk pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dan di dalam artikel ini juga akan menjelaskan bagaimana literasi digital dapat meningkatkan efektivitas penggunaan AI dalam kurikulum pembelajaran. Serta juga akan memberikan contoh aplikasi konkret AI yang telah berhasil digunakan dalam praktik pendidikan. Oleh karena itu, tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana kombinasi literasi digital dan AI dapat membuat lingkungan pendidikan lebih inklusif dan efektif bagi semua siswa, terutama ABK.

Peran Literasi Digital dalam Pendidikan Inklusif

Literasi digital sangat penting bagi semua siswa, terutama ABK. Guru yang memiliki keterampilan literasi digital dapat menggunakan berbagai alat dan sumber daya digital untuk membuat pendidikan lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis kecerdasan buatan yang memungkinkan ABK belajar dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa teknologi dapat meningkatkan motivasi siswa dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.

Banyak aplikasi yang didukung oleh AI untuk mendukung pendidikan inklusif, seperti:

  • Aplikasi Pembelajaran Adaptif: aplikasi ini menyesuaikan konten pembelajaran berdasarkan kemampuan dan kemajuan siswa. Misalnya, platform seperti DreamBox Learning menggunakan AI untuk memberikan pengalaman belajar matematika yang dipersonalisasi bagi setiap siswa.

  • Asisten Virtual: Teknologi asisten virtual seperti Google Assistant atau Siri dapat membantu ABK dalam mengakses informasi dan menyelesaikan tugas sekolah dengan lebih mudah.

  • Alat Bantu Belajar: Alat seperti text-to-speech atau speech-to-text memungkinkan ABK dengan kesulitan membaca atau menulis untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran.

Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan guru untuk membuat lingkungan belajar yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan ABK.

Tantangan implementasi

Tantangan utama dalam penggunaan AI dalam pendidikan inklusif adalah kurangnya pelatihan guru untuk mengintegrasikan teknologi ini dengan baik. Menurut penelitian, banyak pendidik tidak siap untuk memanfaatkan teknologi baru dalam pengajaran. Studi di Al-Falah Secondary School di Pamekasan, Madura, meneliti bagaimana pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karier mempengaruhi kinerja guru.

Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melibatkan 21 guru sebagai responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berkontribusi positif terhadap kinerja guru, dengan nilai t-hitung untuk pelatihan mencapai 0.857 yang menunjukkan bahwa peningkatan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi baru seperti AI dalam proses pembelajaran.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelatihan guru sangat penting untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum baru. Sebuah studi menunjukkan bahwa pelatihan guru berhasil meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di PAUD. Menunjukkan bahwa peserta telah membuat kemajuan besar dalam memahami materi, skor pretest rata-rata mereka sebelum pelatihan adalah 53,5 dan meningkat menjadi 86,7 setelah pelatihan.

Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan yang tepat dan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa guru memahami teori dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan literasi digital yang cukup dapat membantu guru menjadi lebih percaya diri dan siap untuk menggunakan AI secara efektif dalam pendidikan inklusif untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Secara keseluruhan, literasi digital adalah komponen penting dalam penggunaan AI untuk pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan meningkatkan kemampuan guru dan orangtua dalam literasi digital serta memberikan akses ke alat-alat berbasis AI yang tepat, kita dapat membuat lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan efektif. Kombinasi literasi digital dengan teknologi canggih seperti AI tidak hanya akan membantu ABK mencapai potensi mereka, tetapi juga akan memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan belajar yang sama.

Literasi digital sangat penting untuk penggunaan AI dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teknologi dapat meningkatkan personalisasi dan aksesibilitas pembelajaran, tetapi ada beberapa masalah yang perlu ditangani, seperti kurangnya pelatihan guru. Studi menunjukkan bahwa guru dapat menjadi lebih baik dalam menggunakan teknologi baru dalam pengajaran jika mereka menerima pelatihan yang tepat.

Akibatnya, lembaga pendidikan harus berkomitmen untuk menyediakan program pelatihan literasi digital yang berhasil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa setiap siswa, terutama ABK, mendapatkan kesempatan belajar yang setara. Kombinasi literasi digital dan kecerdasan buatan tidak hanya akan membantu ABK mencapai potensi mereka, tetapi juga akan membentuk generasi masa depan yang lebih siap untuk menghadapi tantangan dan kemungkinan yang datang dengan dunia modern.

Dengan melakukan tindakan ini, kita dapat mencapai pendidikan yang lebih inklusif dan efektif di mana setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang secara optimal.

Video Penjelasan Artikel: https://youtu.be/Me7cTLIRKO8?si=GbLTiKbgMrG621Sg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun