Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Barat, membawa nama seorang artis dan juga petahana DPD yang kembali menyalonkan diri untuk pemilu saat ini. Namun, dibalik nama-nama terkenal tersebut, ada dua calon anggota DPD yang seharusnya mendapat perhatian di masyarakat. Siapa mereka?Â
Ns Biben Fikriana, S.Kep, M.Kep. Biben atau Ners Biben, seorang pria yang berasal dari Bandung dan berprofesi sebagai pengusaha dan dosen di salah satu Perguruan Tinggi Kesehatan di Jawa Barat. Rekam jejaknya cukup cemerlang, di balik gelar keperawatan yang dimiliki tentu Biben juga aktif di Organisasi profesi seperti PPNI dan menjadi Direktur Lembaga Pemberdayaan Kesehatan Wanita, Anak dan Lansia, Majelis Pimpinan Pusat ICMI MUDA (Ikatan Cendikiawan Muslim seIndonesia MUDA).
Melansir di situs yang menampilkan program kerjanya, Ners Biben jelas ingin membawa pesan-pesan yang disampaikan oleh Nakes. Pelayanan kesehatan yang belum maksimal di Jawa Barat menjadi motivasi yang utama. Selain itu, nakes yang merupakan profesi mulia perlu diperhatikan, seperti tuntutan mendapatkan hak perlindungan dan kesejahteraan khususnya bagi seluruh nakes di wilayah Jawa Barat. dalam mewujudkan Jawa Barat Lebih SEHAT, Lebih CERDAS, Lebih SEJAHTERA, Biben berani maju melawan nama-nama besar seperti munculnya kehadiran Komeng yang menjadi kandidat DPD Jabar. Sangat disayangkan, program yang ingin disampaikan tersebut belum menjadi jodoh yang lekas disatukan karena perolehan suara Ners Biben yang sedikit.Â
Ns Biben mungkin tidak sendirian, pak Djumono juga menjadi salah satu kandidat yang sebenarnya potensial namun harus terhalang perolehan suara yang dikarenakan tidak banyak. Pak Djumono dengan membawa misi kesetaraan bagi penyandang disabilitas jelas punya kekuatan yang mutlak. Jika Ners Biben dengan visi yang menuntut hak profesi nakes, Pelayanan kesehatan yang harus lebih baik, maka pak Djumono dengan tegas ingin hak-hak disabilitas juga terwujud di wilayah Jawa Barat.Â
Pak Djumono dan Ners Biben aktif mengadakan kegiatan sosial di tengah masyarakat, seperti diadakan sunat massal atau kegiatan yang berasal dari organisasi yang diemban pak Djumono yang diisi sesama penyandang disabilitas. Selain itu, kedua kandidat juga memiliki prestasi tersendiri seperti pak Djumono yang merupakan atlet Paralimpik dan Ners Biben yang menerima penghargaan sebagai pekerja kesehatan dari pemerintah Jepang di tahun 2009.Â
Bagaimana pun, masyarakat dalam hal ini tidak mendapatkan informasi yang masif dari kedua kandidat akibat kurangnya sorotan media. Padahal, program kerja kedua kandidat jelas efektif dan vital bagi masyarakat. Terlebih, kedua kandidat memiliki keterkaitan dengan program yang ingin disampaikan.Â
Hal ini tidak hanya terjadi di wilayah Jawa Barat, seluruh wilayah dapat terjadi hal yang serupa. Di luar negeri misalnya, seorang Clint Eastwood dapat dengan mudah memperoleh suara tinggi untuk menjadi walikota karena popularitasnya cukup masif dan sorotan kamera tentu lebih menyukai Clint untuk muncul di televisi dibandingkan kandidat lain. Begitu juga saat anak Duterte dari Philipina yang maju menjadi calon pemimpin negeri, tentu masyarakat akan lebih memilih seseorang yang familiar oleh mereka. Baik yang sering ditemui secara langsung maupun lewat perantara seperti jaringan komunikasiÂ
Jika dibahas, tentu Komeng dapat meraih suara tertinggi karena kemunculan Komeng di Televisi sejak lama. Kedua kandidat seharusnya mendapatkan hak yang sama, jika saja sorotan media rajin mengelola isu-isu terkait kehidupan sosial masyarakat seperti kesehatan dan hak-hak penyandang disabilitas. Maka akan mungkin, kemunculan Ners Biben dan Pak Djumono familiar di masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H