Mohon tunggu...
Rika Salsabila Raya
Rika Salsabila Raya Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalisme dan ibu dua anak

Pernah bekerja sebagai Staff Komisioner Komnas Anak dan Staff Komunikasi di Ngertihukum.ID

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Rasanya Terkena Anxiety Disorder? Simak Kisahku!

25 Mei 2022   13:00 Diperbarui: 25 Mei 2022   13:05 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Semenjak masa sekolah dasar, diriku seperti anak-anak kebanyakan dan memang normal saja. Tapi hal itu berubah ketika di kelas tiga Sekolah Dasar, tuntutan menjadi nomor satu di kelas harus terjadi, rasa cemas dan panik menjadi ciri khas. Hal itu tidak dibarengi dengan dukungan moral dan apresiasi yang layak dari orang sekitar. Ditambah kewajiban untuk bertahan hidup harus dimulai sejak dini, kerasnya lingkungan dan trauma dari kejadian masa lampau. Begini ceritanya..

Anxiety, apa itu? 

Kata itu baru ku ketahui saat mengunjungi Puskesmas di dekat rumah. Setelah mengalami tidak tidur selama hampir seminggu berturut-turut dibarengi rasa cemas berlebihan, gejala makin bertambah runyam saat diriku merasakan dada yang sakit dan nadi yang berdekat cepat. 

Trauma membuatku selalu dihantui, hidungku seperti mencium bahaya di sekitar. Apakah sebelum ke Puskesmas diriku tidak berusaha sendiri? 

Tentu tidak! Aku berusaha mencari informasi agar mata ini bisa tertutup sehingga dapat menikmati mimpi. Itu tidak bisa terjadi, aku memaksakan diri untuk beraktivitas berat seperti lari di taman, berharap kantuk datang. Saat tertidur, diriku mimpi buruk dan terbangun dengan kondisi keringatan seluruh badan. 

Akhirnya, dengan izin ibuku aku mengunjungi poli kesehatan jiwa di Puskesmas. Setelah bercerita segala hal, walaupun tidak terlalu lama namun dokter dengan perlahan mempertanyakan beberapa hal yang krusial kepadaku. "Apa yang sedang kamu sembunyikan di pikiranmu?", pertanyaan itu membuka tabir, bahwa aku diduga mengidap Anxiety Disorder. 

Akhirnya dokter merujuk diriku ke rumah sakit Marinir di Cilandak, sebelum pergi ke sana diriku sudah mengonsumsi obat untuk tidur yang diberikan oleh pihak Puskesmas. 

Aku dapat tertidur hampir 48 Jam karena kuatnya pengaruh obat. Namun obat itu bereaksi keras, jantung berdebar dan mual menghantui. Saat kunjungan terakhir ke Puskesmas, aku dapat saran untuk stop pemakaian obat dan siang itu diriku mengunjungi poli Jiwa di rumah sakit. 

Di sana dokter kembali menanyakan pertanyaan krusial, karena sulit mendetailkan apa yang ku rasakan secara langsung, maka aku gunakan kertas sebagai media untuk diriku bercerita. Benar bahwa diriku mengidap Anxiety disorder. 

Kecemasan menjadi fokus dokter. Surat yang ku berikan saat konsultasi itu dibaca oleh dokter dan di dua minggu berikutnya, dokter memberikan saran dan kembali memberiku obat agar aku dapat beristirahat. 

Saran bagiku adalah olahraga demi meningkatkan Serotonin di otak. Bagi dokter, cemas itu hilang ketika kita sibuk. Ia menganjurkan diriku untuk rajin lari dan berenang, bahkan dokter juga menilai pakaianku tiap berkunjung, aku menurutnya seperti menipu. "Kamu terlihat okay, baik, modis, keren tapi di dalam diri kamu apakah okay?" ia bergumam. 

Obat dari dokter terus dikonsumsi dan gejala muncul di minggu ini, jantungku berdetak hebat hingga sulit tidur. Pada akhirnya obat untukku diganti dan aku mulai merasakan gejala lagi, yakni mimpi buruk. Obat saat ini tidak membuatku ambruk tidur. Dokter mulai curiga, kamu ini mengidap Bipolar? 

Aku terdiam, Bipolar? 

Apa itu penyakit yang membuatku nanti dianggap orang gila, layaknya dulu seperti artis perempuan itu rasakan. Dokter menilai diriku di tahap manik di saat aku ceria di minggu kemarin. Karena masih curiga, maka fokus pengobatanku menghadapi Anxiety ini. 

Setelah kembali di bulan berikutnya, aku menunjukan perkembangan yang siginifikan, hal itu tak lepas dari dukungan orang di sekitarku. Mereka menjadi partner yang siap mendukung segalanya, termasuk menjadi pendengar. 

Selain itu, olahraga menjadi kunci keberhasilan, aku pun selalu menolak bila ada teman yang ingin mengajakku menonton atau mengobrol hingga larut malam karena menyebabkan jam tidurku berubah. 

Cemasku berkurang, karena aku harus sibuk. Termasuk dalam beribadah, benar adanya bahwa dzikir menjadi obat, karena ketika diriku diam saja maka akan muncul pikiran yang entah datang dan solusinya. 

Lantas, apa rasanya mengidap Anxiety Disorder? 

Luar biasa, ini pengalaman hidup dan tidak akan pernah ku anggap sebagai hal negatif. Karena dari sini aku belajar untuk hidup yang lebih sehat, rapih dan harmonis. 

Pesanku untuk kamu yang mulai merasakan gejala cemas yang cukup mengganggu, saranku adalah berkonsultasi ke spesialisnya. Jangan asal klaim hanya berdasarkan panduan di internet saja. Karena kita perlu berjuang demi jiwa kita. 

Cemas itu boleh namun kita harus mengetahui hal yang membuat kita cemas, tapi bila itu berlebihan dan merugikan diri kita, something wrong! Lets go! We need to think about our mental health. Jangan malu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun