ANOMALI
Terdiam sesaat bertutur kata
Sesat dibuatnya, terhina oleh duka
Terdiam tanda percaya
Bahwa hanya rindu yang ada
---------
Berbicara menutup telingaÂ
Melihat jadi kecewa
Hanya ada dirimu dengan pakaian yang samaÂ
Seakan-akan pesanku tak pernah kau baca
-----------
Kembali berharap berbahasa anomali
seorang ahli akademisi yang cintanya tak bisa ku miliki
Hilang menyepi seakan tak dikenali
Tak pernah ku lupakan wahai pengahancur hati.
------------------------------------------------------
"Nafsu Memuji"
Dia berdiri dengan tatapan mematikan
Tepian terasa tak berhubunganÂ
Menyendiri lagi di ruang bersinggungan
Perlahan tertutup mata meminta pengakuan
----------
Ku tatap mata yang indah dengan alis hitam itu
Membalas tatapan dengan kepedulian pilu
Membisu sejenak berharap ia bersapa duluanÂ
Menunggu adalah sebuah jawaban keabadian
---------------
Dia pergi entah sampai kapan
dengan kesibukan yang membuatku hilang harapan
Tetapi ini yang ingin kusampaikan dalam-dalam
Cintaku kepadamu tak pernah padam.
---------------------------
Kisah di Bulan
Menghampiri dengan suratan takdirÂ
Terlampau jauh ke depan tanpa akhir
Sebuah perkenalan yang tak mungkinÂ
Tiba-tiba ia berdamai dengan harapan
---------
Kisah di mana dua orang terlanjur mencintai
Dengan rusuknya di samping yang memilikiÂ
Semua terasa asing hingga ia memasuki relung hati
Selayaknya berita mengenai terbelahnya bulan dini hari
---------
Harapan kau tumpahkanÂ
Kenyamanan kau laksanakan
Biarlah suratan takdir tak memisahkan lagi
di bawah rembulan dengan kehangatan hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H