Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Jadinya Passion Tanpa Komitmen?

11 Februari 2024   01:42 Diperbarui: 11 Februari 2024   01:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Mereka enggan berkomitmen karena berkomitmen itu sukar dan melelahkan. Berkomitmen berarti tetap sabar dan tidak menyerah ketika perjuangan meraih skill dan mastery sangatlah jauh dari kata mulus. 

Dalam kasus saya, berkomitmen berarti mengatur waktu dan logistik sedemikian rupa sehingga keluarga saya tetap aman sejahtera ketika saya les bahasa Korea di malam hari, dan mengurangi waktu tidur saya supaya saya bisa tetap belajar di tengah kesibukan mengurus keluarga dan rumah.

Semua proses berkomitmen terhadap pembelajaran bahasa Korea itu bagi saya tidak mudah, menguras air mata kekhawatiran, menyebabkan stres, menimbulkan darah tinggi, TAPI memberikan kepuasan dan kebanggan yang teramat besar ketika passion itu menjadi skill berbahasa Korea dengan para penutur asli, yang kemudian menjadi mastery ketika saya mulai mengajar bahasa Korea kepada anak-anak.

Saya bertanya lagi kepada teman diskusi saya tadi, apa yang membuatnya sulit berkomitmen jika toh ia menyukai, memiliki passion akan dunia fashion dan lifestyle. Katanya, dia takut komitmen yang berarti keharusan membuat sistem berjalan supaya hobinya itu mendatangkan uang, malah akan membuat hobinya tidak lagi terasa menyenangkan.

Saya mengerti betul maksudnya karena hal itu terjadi pada saya 8 tahun lalu ketika memutuskan mengubah passion menulis fiksi menjadi pekerjaan novelis yang memerlukan skill sets tertentu. Berhubungan dengan penerbit, distributor buku, toko buku, legal, perpajakan, periklanan, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelum saya terjun bebas menjadi penulis fiksi yang menjual karya saya dalam bentuk buku di toko-toko.

I just wanted to write stories. Itu hobi utama saya, tapi saya nggak bisa santai-santai lagi begitu saya ingin hobi itu mendatangkan uang.

Ada banyak sekali hal yang harus dipelajari dan diurus, yang membuat saya frustrasi karena tidak mendapat partner bisnis yang reliable, yang membuat saya dongkol karena tetek-bengek administrasi merenggut waktu saya untuk menulis lebih banyak cerita. Pokoknya sepanjang 8 tahun terakhir ada banyak hal yang saya sesali dan harap berjalan berbeda, seandainya saya tidak mengklaim tite 'novelis' itu sendiri.

Akan tetapi, saat ini 8 tahun setelah saya berkomitmen menulis cerita lebih dari untuk kesenangan diri semata, profesi saya tetaplah seorang penulis. Saya tetap menulis fiksi, yang harus dibukukan untuk kemudian dijual. Saya tetap mengikuti berbagai training kepenulisan supaya bisa menulis fiksi lebih baik. Semuanya saya jalani dengan senang hati karena suka, karena cinta, dan karena passion.

Pada akhirnya saya menyarankan dia berpikir baik-baik jika ingin berkomitmen mengubah passion menjadi bentuk lain. Pikirkan baik-baik supaya kesenangannya dalam menjalani hobi tidak lenyap tak berbekas. Pertimbangkan semua kemungkinan terburuk yang bisa diprediksi dan dikendalikan ketika semua hal berjalan kacau dan bukannya untung secara finansial, eh malah buntung.

Jangan lupa untuk menetapkan juga support system dan safety net yang akan menopang ketika semua rencana optimis buyar dan dia memutuskan rehat atau berhenti sama sekali di bidang itu. Manusia tidak bisa sendirian; untuk keputusan besar berkomitmen terhadap passion dia memerlukan pendapat dan saran dari orang lain. Saya sangat menekankan hal ini padanya.

Sebagai kesimpulan, apakah jadinya passion tanpa komitmen? Tidak jadi apa-apa atau menjadi sesuatu itu semua tergantung pada pilihan si pemilik passion. Mendalami atau tidak mendalami passion, keduanya menyediakan jalan berliku yang tak mudah dilalui. Berkomitmen berarti harus siap dengan hari-hari buruk, tidak berkomitmen berarti harus legowo dengan status quo yang tidak menghasilkan apa-apa.

Pilihan selalu ada, terserah kita mau memilih apa. Selamat memilih (bukan pesan pemilu ya, ehehe).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun