Don't get me wrong, I'm not perfect.
Saya pernah cranky dan tantrum, menghadapi anak yang cranky dan tantrum, maupun bersama anak cranky dan tantrum, tapi saya tidak ingat detail bagaimana mengatasinya karena itu jarang terjadi selama 15 tahun berumah tangga.
Ketika marah atau kesal, saya cenderung menjauh. Saya tidak ragu memberikan silent treatment sebagai space untuk berpikir ulang dan mencari solusi. Saya tahu betul tanggal-tanggal dalam sebulan di mana saya menjadi orang sensitif, baper, dan sangat menyebalkan bagi semua orang. Intinya, saya mencatat kekurangan-kekurangan saya dan bermanuver di sekitarnya.
Saya menanamkan ke diri saya sendiri bahwa prioritas untuk "diselamatkan" adalah diri saya sendiri sebelum saya bisa "menyelamatkan" orang lain. Oleh karena itu saya berusaha menjaga kesehatan fisik, mental, dan rohani saya karena kalau saya ambruk, maka efek dominonya akan panjang. Jauh lebih repot mengatasi api emosi negatif anak sebagai reaksi dari aksi emosi negatif saya, daripada saya dengan disiplin menjaga kesejahteraan diri saya sendiri.
Apakah saya pernah kewalahan? Tentu saja, tapi saya percaya setiap orang memiliki kemampuan manajemen yang tepat untuk peran yang disandangnya. Manajemen peran adalah perkara:
1. Showing who's in charge, bukan 'who's the boss'. Saya sebagai ibu rumah tangga adalah manajer di rumah, jadi saya in charge untuk semua hal yang berkaitan dengan aktivitas di rumah. Mengatur peletakan barang, kapan waktu beribadah/bekerja/bersekolah/bermain, pengelolaan uang, pembagian pekerjaan rumah tangga, adalah sedikit dari banyak tugas yang saya emban.
Anggota keluarga lain mengikuti aturan main yang ada dan disepakati bersama. Perlu ditanamkan pemahaman bahwa ada saatnya kami tidak selalu bersama-sama karena berbagai tugas yang harus diselesaikan oleh setiap anggota keluarga.
2. Menentukan skala prioritas. Apakah benar membersamai anak-anak lebih penting dari pekerjaan rumah tangga? Benar, tapi tidak selalu. Menurut saya lho ya; nggak tahu kalau menurut orang lain. Anak-anak perlu ditunjukkan sejak usia dini bahwa makanan tidak terhidang sendiri, baju kotor tidak tercuci sendiri, dan rumah tidak bersih dengan sendirinya.
Ada alokasi waktu, tenaga, dan uang untuk memastikan rumah beroperasi maksimal untuk kebaikan semua anggota keluarga. Ketika anak-anak belum bisa mengambil bagian dalam pekerjaan rumah tangga, tunjukkan orang tua yang bekerja. Tunjukkan bahwa mencuci, mengepel, memasak, dan lain sebagainya adalah keahlian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari, dan oleh sebab itu orang tua tidak bisa senantiasa membersamai anak.
Ketika manajemen peran menemui hambatan, ketika banyak tantangan, ketika kelelahan, cari pertolongan. Mengakui kebutuhan untuk ditolong dan meminta tolong adalah hal biasa; tidak ada seorang pun superman di antara kita. Yang pertama dan utama, beri pertolongan pada diri sendiri.Niscaya pikiran kita akan jernih dan badan kita akan kuat untuk kembali menjalankan manajemen peran.