Saya sering kali pergi ke kamar kecil yang bersebelahan dengan dapur sebuah restoran. Pemandangan yang saya lihat biasanya membuat saya tidak mau kembali ke restoran itu.Â
Oleh karena itu, saya menganggap bijak restoran yang menutup bagian kotor dari dapurnya dan menampilkan hanya area serving saja. Cipratan minyak, sampah bahan makanan, piring kotor, semuanya berjejalan dan membuat siapa pun akan bertanya-tanya: apakah lingkungan untuk memasak makanan yang saya pesan tadi sudah cukup bersih?Â
Lain hal saat saya memasak sendiri di dapur rumah saya. Saya bisa menyesuaikan kebersihan dapur sesuai dengan standar saya. Saya bisa memastikan tidak ada rambut, serangga, steples, atau bungkus bahan makanan yang ikut termasak. Semuanya di bawah kendali saya.Â
Selain itu saya juga bisa memastikan asupan gizi untuk anggota keluarga saya, terutama anak-anak. Masakan yang digoreng dengan minyak terendam, terlalu banyak garam dan gula, dan sejenis itu tentu tidak akan saya masak dan hidangkan. Sekali lagi, semuanya bisa saya atur sendiri.
Akan tetapi, kebersihan dan gizi makanan bukan penentu utama saya memasak sendiri atau membeli makanan jadi. Ada faktor berikut yang semakin lama semakin menjadi prioritas akibat pilihan saya untuk menjalani peran selain menjadi ibu rumah tangga.
2. Waktu
Memasak makanan sendiri adalah aktivitas yang sungguh menghabiskan waktu. Mulai dari membuat daftar belanjaan sesuai dengan rencana menu, membeli bahan makanan, membersihkannya, memotong/mencacah/dan sebagainya untuk mempersiapkannya sebelum dimasak, memasaknya, menghidangkannya, dan terakhir mencuci semua perkakas memasak (termasuk peralatan makan yang dipakai oleh mereka yang menyantap makanan itu).
Tujuh langkah, saudara-saudara, dan itu untuk satu atau maksimal dua kali makan. Saya biasa memasak untuk makan siang dan makan malam dan menghabiskan sekitar tiga jam sehari untuk ketujuh langkah tersebut.Â
Saat ini saya juga mengajar bahasa Korea dan saya membandingkan antara waktu yang saya pakai untuk memasak selama tiga jam (variabel A) dan berapa pemasukan saya dari mengajar selama tiga jam (variabel B). Perbandingan tersebut tidak berhenti di situ. Ada biaya yang saya keluarkan jika membeli makanan jadi, yang kita sebut saja variabel C.
Jika variabel B lebih besar dari variabel C, maka saya untung. Saya bisa menghidangkan makanan dengan cepat untuk keluarga saya tanpa harus berlelah-lelah menjalani langkah pertama sampai keenam (langkah mencuci piringnya tidak terhindarkan, lah ya). Namun, jika variabel B lebih kecil dari variabel C, maka saya buntung. Pemasukan saya habis untuk membeli makanan jadi, bahkan saya menombok dari anggaran rumah tangga.
Dengan membandingkan variabel A sampai C saya bisa sampai kepada keputusan untuk memasak sendiri atau membeli makanan jadi pada hari itu. Iya, benar, keputusan saya bervariasi dari hari ke hari karena melihat kesibukan dan agenda pada hari tersebut.Â