Tapi di sekolah ini segala warna ada! Bahkan Ben sempat mencuri dengar seekor bebek berbulu hijau yang berkata orang tuanya di rumah berbulu merah muda dan kuning. Ben bukan satu-satunya bebek yang tampil berbeda dari keluarganya.
Ibu Swan menyuruh Ben masuk ke dalam barisan dan berdiri di antara sepasang bebek kembar bernama Dea dan Deo. Sebagai bebek kembar, mereka sangat unik dan tidak mirip sama sekali. Dea berbulu merah muda, sedangkan Deo berbulu hitam. Ben memandangi mereka berdua dengan penuh keheranan.
“Semua bebek di keluarga kami berbulu biru, kecuali kami,” kata Dea tiba-tiba.
“Bulu hitam kudapat dari kakekku dari pihak Ayah. Bulu merah muda Dea dari bibi kami dari pihak Ibu,” lanjut Deo.
“Bisa begitu, ya? Dalam satu keluarga kalian bisa memiliki bulu dengan warna berbeda,” ujar Ben sambil berdecak kagum.
Deo mengepak-ngepakkan sayapnya. “Di keluargamu sendiri bagaimana? Omong-omong, kamu tinggal di mana? Masak tidak pernah melihat bebek berbulu selain ungu?”
“Aku tinggal di kolam di hulu sungai ini,” jawab Ben pelan. “Aku hanya pernah melihat bebek berbulu kuning yaitu keluargaku.”
“Memangnya kamu tidak pernah berenang di luar kolam itu? Tidak pernah main ke rumah temanmu? Tidak pernah berjalan-jalan dengan keluargamu?” selidik Dea.
“Tidak,” Ben menggeleng. “Orang tuaku lebih suka diam di rumah dan aku tidak punya teman selain kakak dan adikku.”
“Kasihan sekali kamu. Apakah hanya kamu yang berbulu ungu di rumah?”
“Iya,” balas Ben malu-malu.