Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Berbagai Hidangan dengan Kimchi

17 Oktober 2020   08:44 Diperbarui: 18 Oktober 2020   01:34 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Dongtan Ko dari Pixabay

Ada yang tahu kimchi? Pasti ga asing di telinga kita yang sudah sejak kapan tahun dilanda Hallyu Wave dong ya. Seiring dengan kedatangan para oppa dan eonni yang bening di layar kaca (dan layar HP) kita, berdatangan pulalah segala macam masakan khas Korea Selatan.

Mulai dari pajeon (telur dadar), tteokbokki (rice cake, kalau di Bandung mah kayak cireng cuma lebih fancy aja), ramyeon (intinya mie, tapi makannya harus pas panas mengepul dan pake suara background slurp slurp heboh gitu deh), dan lain sebagainya, mudah sekali ditemukan hari gini. Mulai dari aplikasi ojol+food online, gerai kecil di mal-mal, sampai ke Little Koreatown semacam di tempat tinggal saya.

Hidangan ala Korea itu unik, banyak mengandung sayur, pasta cabe (gochujang), dan pasta kedelai. Favorit saya sepanjang masa adalah kimchi (asal-muasalnya bisa dibaca di sini), sayur sawi yang difermentasi dan biasanya disajikan sebagai banchan atau side dish. Orang Indonesia sih tidak mengenal side dish ya, semua lauk-pauk adalah hidangan utama, hehehe.

Kimchi yang dibuat bersama teman-teman. Dokpri.
Kimchi yang dibuat bersama teman-teman. Dokpri.

Saya pernah ikut membuat kimchi. Makan kimchi itu cepat, beberapa kali kunyah sudah bisa langsung ditelan, tapi membuatnya sangat lama dan menghabiskan waktu dan tenaga.

Ketika saya diajak oleh para eonni dari dojang taekwondo untuk membuat kimchi, saya kebagian tugas memilah sawi yang bagus/tidak bagus dan mencucinya bolak-balik. Eonni yang lain bersiap dengan baskom-baskom besar untuk menggarami sawi yang sudah saya cuci.

Di tempat lain ada beberapa eonni yang sudah siap tempur dengan baskom yang tak kalah besar, sarung tangan karet/plastik, dan pasta cabe (gochujang).

Mereka akan menerima sawi yang sudah digarami dan mulai melumurinya dengan gochujang, berulang kali sampai bumbunya meresap. Saya kembali berada di stasiun terakhir: membungkus sawi yang sudah difermentasi menjadi kimchi ke dalam kantung plastik dan menimbangnya.

Seorang eonni lain duduk di sebelah saya untuk menulis berat kimchi itu di sehelai stiker dan menempelkannya ke plastik sebelum memasukkan kimchi ke dalam kulkas khusus sebelum dijual. Mengapa harus kulkas khusus?

Karena aromanya kadang terlalu menusuk dan tidak cocok untuk memenuhi rumah, makanya orang Korea yang saya kenal biasanya memiliki dua buah kulkas di rumah, dan kimchi biasanya disimpan di dalam kotak penyimpanan kedap udara.

Saat mengandung anak ketiga saya makan kimchi setiap hari selama tujuh bulan. Tak heran si Adek di usianya yang hampir dua tahun sudah terbiasa menyantap nasi goreng kimchi dan kimchi stew. Tentu dia ingat nutrisi yang dia terima ketika mood dan hormon membuat saya susah sekali makan.

Makan kimchi terus-menerus sebagai banchan terkadang membuat bosan. Jadi waktu saya masih mengandung si Adek, saya tanya ke teman bagaimana mengolah kimchi menjadi hidangan lain. Contoh hidangan fusion itu ada banyak bertebaran di drakor, tapi kan tidak ada instruksi step-by-step cara membuatnya. Mau Google sendiri sih bisa, tapi lebih baik lagi jika bisa berguru pada ahlinya.

Seorang teman saya yang bernama Soo kemudian memberikan resep cara membuat nasi goreng kimchi. Resepnya sederhanaaa sekali, sambil merem juga bisa karena kerjaannya cuma campur-campur berbagai bahan. 

Bukankah masakan Korea kebanyakan seperti itu: campur-campur berbagai bahan yang ada? Mulai dari bibimbap (nasi campur) yang kelihatan sangat indah, instagramable, dan sayang untuk dimakan sampai ke nasi campur patah hati dimana segala macam makanan sisa di kulkas masuk ke dalam sebuah baskom, diaduk rata, dan dimakan sambil menangisi pujaan hati yang telah pergi. Dangdut deh....

Untuk kimchi, saya mempunyai langganan sejak tahun 2016. Kim Ahjumma adalah pensuplai kimchi ke 80% dari restoran Korea yang berada di kota saya. Bumbunya pas, asinnya pas, segarnya lama, dan aromanya membuat air liur mengumpul. Saya selalu membeli kimchi di rumah Kim Ahjumma sambil mengobrol tipis-tipis karena bahasa Indonesia Kim Ahjumma sangat bagus.

Kedua anaknya lahir di Indonesia dan menikah dengan orang Korea yang ditugaskan di Indonesia. Dia bilang, dia sudah lupa dengan Korea, karena semua keluarga yang terdiri dari anak, menantu, dan cucu, tinggal di sini.

Anak saya yang ia kenal hanyalah si bungsu, mulai dari kandungan sampai sebesar sekarang. Kim Ahjumma bahkan pernah menyuruh saya pulang dan melarang saya membeli kimchi dari dia karena takut si adek kepedasan di dalam rahim. Duh perhatian banget.

Untuk nasi goreng kimchi, saya mempersiapkan daging sapi has dalam (bahan berkualitas bagus adalah koentji, kata Soo), bawang putih, bawang daun, minyak zaitun, nasi putih yang sudah menginap semalam, gula pasir, garam, dan tentu saja kimchi buatan Kim Ahjumma. Sepertinya ada banyak cara untuk membuat nasi goreng kimchi ini, yang saya akan buat adalah nasi goreng kimchi ala Soo.

Berikut ini langkah-langkah pembuatannya:

1) Tumis daging dengan garam, bawang putih yang dicincang, dan minyak zaitun.

2) Setelah daging kering, masukkan kimchi dan sedikit kuahnya. Masukkan juga sedikit gula pasir untuk menetralkan keasaman dan kepedasan kimchi.

3) Masukkan nasi putih yang kering dan bawang daun yang digunting kecil-kecil.

4) Aduk rata dan hidangkan.

Ini hasil jadinya:

Nasi goreng kimchi saya yang pertama | dokpri
Nasi goreng kimchi saya yang pertama | dokpri

Setelah melahirkan, lucunya saya berhenti sama sekali makan kimchi, kecuali ketika diajak makan bersama oleh teman-teman dari dojang taekwondo. Mungkin saya sudah mencapai titik jenuh karena terlalu sering menyantap hidangan ini. Saya baru membelinya lagi sekitar tiga bulan lalu, hampir dua tahun sejak saya ke rumah Kim Ahjumma. Itu adalah perkenalan pertama Kim Ahjumma dengan si Adek.

Sejak saat itu saya kembali ke sana setiap dua atau tiga minggu sekali karena kimchi di rumah cepattt sekali habis. Ternyata bukan hanya saya yang menggemari kimchi; si Kakak yang mencoba menyantap kimchi di sebuah restoran Korea tahun lalu juga sangat menyukainya. Iseng saya bertanya lagi kepada teman yang lain, bagaimana cara membuat kimchi stew atau kimchi jjigae, sop kimchi yang mengepul dan terlihat sangat lezat seperti yang ditunjukkan di drakor.

Kim Ahjumma juga menjual kimchi jjigae dengan bahan-bahan yang sudah lengkap; saya hanya perlu mencemplungkan semua ke dalam air dan memasaknya di dalam panci. Mendengar niat saya membuat kimchi jjigae sendiri, dia malah mengajari saya untuk mempersiapkan apa saja.

1) Kimchi yang dia buat (of course, tentu saja).

2) Tahu putih yang diiris tipis.

3) Daging atau seafood seperti udang dan cumi. Bisa juga memakai ikan tuna dan sarden kalengan. Jangan yang dari ikan utuh, katanya, karena sewaktu dimasak teksturnya akan menjadi keras dan tidak enak.

4) Bawang bombay yang diiris tipis dan bawang daun yang dipotong kecil-kecil.

5) Garam, sedikit gula pasir, dan minyak zaitun.

Cara memasaknya sangat mudah. Daging bisa ditumis dulu dengan garam dan minyak zaitun, atau digarami dan direbus di dalam panci. Apapun pilihannya, daging yang setengah matang kemudian dimasukkan ke dalam panci bersama dengan tahu putih, bawang bombay, dan bawang daun. Biarkan semua bahan ini masak bersama-sama.

Waktu memasaknya relatif terhadap jumlah daging dan tahu yang dipakai. Setelah semua terlihat matang, masukkan kimchi yang dibeli dari Kim Ahjumma yang sudah dipotong kecil-kecil. Masukkan juga air rembesan dari kimchi yang disimpan jika ada, dan gula pasir jika ingin. Tunggu sampai mendidih. Aduk rata sebentar, matikan kompor, lalu hidangkan.

Kimchi jjigae saya yang pertama | dokpri
Kimchi jjigae saya yang pertama | dokpri

Saya dan dua anak perempuan saya sangat sangat sangat menyukai kimchi jjigae. Sepertinya setiap dua sampai tiga hari sekali saya akan membuatnya. Awalnya saya menambahkan gula pasir untuk mengurangi keasaman dan kepedasan dari kimchi, namun semakin ke sini anak-anak saya semakin tahan rasa asam dan pedasnya. Si Kakak bahkan tak ragu untuk menyantap lebih dari satu mangkok setiap kali makan!

Berangkat dari keberhasilan membuat nasi goreng kimchi dan kimchi jjigae, saya ingin membuat sebuah hidangan dari kimchi yang sering kami makan di restoran Korea langganan kami. Sampai sekarang saya tidak ingat nama hidangan ini. Yang saya tahu hidangan ini satu paket dengan naengmyeon (mie dingin yang dihidangkan dengan es batu), tapi saya selalu lupa menanyakan namanya.

Saya coba mencari foto lama dan menemukan foto masakan itu dengan bahan-bahan yang cukup terlihat detail. Ada daging yang lembut sekali, garam, minyak zaitun, kimchi (tentu saja), bawang bombay, bawang daun, dan wortel. Anak-anak tadi tidak ingin makan wortel jadi saya tidak memakainya. Sayurnya cukup dari kimchi saja.

Cara membuatnya cukup mirip dengan kimchi jjigae. Daging saya tumis terlebih dahulu dengan garam, bawang bombay, dan minyak zaitun. Setelah aroma dan sari dari dagingnya keluar, saya memasukkan kimchi dan bawang daun. Masakan saya bolak-balik terus di atas kompor supaya semuanya tercampur rata. Keasaman dari kimchi membuat daging lebih cepat lembut. Panci saya tutup dan saya diamkan sampai airnya surut. Sebelum kompor dimatikan, masakan diaduk hingga merata.

Penampakan tumisan daging dan kimchi sebelum kuahnya menyusut | dokpri
Penampakan tumisan daging dan kimchi sebelum kuahnya menyusut | dokpri

Hidangan ini laku sekali. Biasanya saya memasak sekali untuk siang dan malam hari, namun menu ini ludes kemarin siang oleh saya dan anak-anak sehingga saya memasaknya lagi untuk makan malam. Besok deh saya cari tahu apa namanya.

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu berminat bereksperimen dengan kimchi? Coba, yuk ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun