Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Bagaimana Memahami Euthanasia dari Drama Korea?

11 Mei 2020   22:06 Diperbarui: 12 Mei 2020   14:10 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster K-Drama, Doctor John. (sumber gambar: soompi.com)

Di sini saya bingung melihat karakter Dokter Cha. Di awal drama tindakannya seperti bisa dibenarkan karena yang menjadi "korbannya" adalah seorang pembunuh. Namun di akhir drama ia seperti tiba-tiba memiliki prinsip moral yang baru. 

Diskusi tentang euthanasia di dalam drama ini pun dibiarkan menggantung karena asisten si mantan menteri kesehatan yang sudah mulai melakukan euthanasia pada pasien kanker, diceritakan melarikan diri ke luar negeri dan kasusnya pun berhenti. Cha Yo Han juga diceritakan diajak oleh Seon Sok Ki untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan euthanasia.

Ending-nya seperti sengaja dibiarkan terbuka untuk segala penafsiran. Penulis dan stasiun TV yang menayangkan drama ini kentara sekali tidak mau terjebak dalam polemik boleh/tidak boleh, legal/ilegalnya tindakan euthanasia.

Tujuan dari drama ini menurut saya cukup tercapai, melihat euthanasia dari berbagai sudut pandang: dokter, pasien, keluarga pasien, penegak hukum, hingga pembuat kebijakan. 

Keterbatasan jam tayang dan isu medis lain yang diangkat di dalam drama ini memang membuat pembahasan hanya di permukaan dan tidak cukup untuk menuntun penonton mengambil sebuah sikap akan praktek euthanasia.

Kembali ke cerita saya tentang teman saya dan kakeknya. Sampai saat ini kakeknya dalam keadaan cukup sehat. Walaupun mereka sudah menandatangani DNR dan masuk dalam program Comfort Care, ia berharap kakeknya akan meninggal alami, bukan karena sebuah penyakit berat apalagi karena Covid-19. 

Euthanasia, khususnya, adalah pilihan yang menggelayuti hati mereka dan semoga tidak akan pernah dipilih. Entah itu DNR ataupun euthanasia, secara nilai agama, moral, dan etika teman saya dan keluarganya tetap merasa sedang mempersiapkan sebuah pembunuhan dari ayah dan kakek di dalam keluarga ini. Hati saya ikut sedih membayangkan rasa bersalah dan beban pikiran mereka.

Bagaimana dengan pembaca budiman, apakah menyetujui atau tidak menyetujui euthanasia? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun