Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memaknai Kemarahan Annisa Pohan

9 Mei 2020   17:43 Diperbarui: 10 Mei 2020   05:53 7343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tangkapan layar pribadi

Politik tidak seharusnya mengambil bagian di situ. Apalagi menjadikan si anak bagian dari sindiran, atau apapun namanya, yang menargetkan sekelompok orang karena pilihan, opini, atau sikap mereka yang berbeda.

Yang kedua, dunia maya adalah sebuah panggung besar. Dan berbagai media sosial adalah lampu sorot yang menerangi tingkah polah aktor yang berada di atas panggung.

Saya bisa bilang bahwa warga net adalah aktor karena kita semua berlindung di balik nama akun. Kita semua memakai topeng, bisa permanen atau tidak, yang kita namai sesuai dengan identitas yang kita ingin bentuk. Kita di dunia maya bisa jadi berbeda 180 derajat dari kita di dunia nyata. Tak ada yang tahu dan tak ada yang mempermasalahkan.

Sebagai aktor kita membawakan sebuah atau beberapa peran. Ada yang mengambil peran berdasarkan profesinya, misalnya: dokter, pengacara, dan artis.

Ada yang mengambil peran berdasarkan hal apa yang kira-kira bisa membuatnya dikenal oleh aktor lain, misalnya: tulisannya, aktingnya, prank-nya, dan sebagainya.

Peran yang kita pilih mengharuskan kita memiliki atribut-atribut yang khas untuk peran itu. Sebagai seorang pejabat partai, atributnya pasti berkaitan dengan kepentingan partai dan konstituennya.

Sebagai seorang pegiat media sosial, atributnya pasti berkaitan dengan usaha-usahanya supaya tetap eksis di media sosial. Hal ini wajar dan sah-sah saja.

Natur seorang aktor adalah natur dari peran yang ia lakonkan. Sebagai seorang ibu dan istri dari seorang ketua partai, masak iya Annisa Pohan diharapkan untuk diam dan maklum saja saat anaknya dijadikan bahan sindiran?

Sebagai seorang pegiat media sosial yang seringkali menulis tentang politik dan orang-orang di dalamnya, masak iya Denny Siregar diharapkan untuk tiba-tiba berhenti mengolok-olok melalui tulisannya seperti yang ia biasa lakukan?

Seorang aktor bisa memilih bertingkah laku sesuai perannya yang ditetapkan di dalam skenario. Ia bisa memilih bertingkah laku lebay, membesar-besarkan masalah, menyepelekan dan mencemooh orang lain, defensif, agresif, baperan, menantang berkelahi, atau yang lainnya. Itu semua wajar dan sah-sah saja.

Annisa Pohan mengakhiri kekisruhan ini dengan twit sejuk yang mengajak untuk kembali beribadah di bulan Ramadhan. Di media sosial lain, Denny Siregar masih menunggu kelanjutan proses pelaporan dirinya ke pihak kepolisian. Satu babak di dalam drama ini sepertinya telah selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun