Itu biasanya pembelaan diri Anda. Duh, taruhan, tidak ada orang yang jadi waspada dalam arti sebenarnya setelah membaca berita yang belum tentu benar, tendensius, dan dilebih-lebihkan. Cemas? Iya. Panik? Pasti. Paranoia? Tidak diragukan lagi.
Terkait Covid-19 ini, saya pikir semua orang sedang berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan diri. Meningkatkan imunitas (makan, istirahat, olahraga cukup) dan social distancing dengan tidak keluar rumah kalau tidak perlu sekali sudah dihimbau berulang-ulang karena kita belum bisa menebak akhir dari pandemi ini.
Negara lain sudah menerapkan lockdown, kita masih terkaget-kaget karena kita tidak menyangka kalau kita bisa terjangkit juga. Doa dan iman tidak cukup, Kawan, kita juga harus menggunakan akal budi kita.
Negara lain menggelontorkan bantuan untuk biaya kesehatan mereka yang lemah secara ekonomi dan biaya hidup mereka yang bekerja di sektor jasa dan sekarang harus dirumahkan (pariwisata, penerbangan, kuliner, dan seterusnya), kita masih sibuk mem-forward dari grup sebelah screenshot chat yang tidak (berani) mencantumkan nama dan nomor telepon orang yang terlibat. Dan kita bersumpah kalau isi chat itu ya dan amin!
Purbakala sekali kita.
Sekali kita menyebarkan hoax, the damage is irreversible.
Damage apaan? Orang kan bisa milih untuk ga baca apa yang saya forward.
Itu pembelaan diri Anda berikutnya. Tapi ingat, beda orang beda kekuatan mental dan penguasaan diri. Mereka yang punya kendali diri kuat akan mengabaikan Anda dan hoax Anda. Mereka yang mempunyai bibit ketidakpercayaan diri dan kecemasan akan menelan bulat-bulat info dari Anda tanpa susah payah memakai nalar. Karena mereka rapuh, mereka akan mempercayai Anda dan apa yang Anda sebarkan.
Itu damage pertama yang Anda buat; saat Anda merampas kedamaian dari hati orang-orang yang sedang berusaha untuk menguatkan diri, berusaha untuk berpikir/bersikap positif di tengah ketidakpastian seperti sekarang ini.
Damage kedua adalah Anda menyita waktu berharga orang lain. Waktu yang seharusnya bisa mereka pakai untuk membersihkan lingkungan, membantu anak belajar di rumah selama sekolah diliburkan, memperhatikan keadaan orang tua yang rentan penyakit, dialihkan untuk membaca pesan beruntun yang Anda kirim ke WA grup. Pesan-pesan yang ternyata hoax.
Orang-orang bergabung di dalam WA grup untuk mendapatkan informasi bermanfaat, bukan untuk dibombardir dengan hoax atas nama kepedulian kepada sesama agar waspada. Padahal diam-diam yang Anda pancing adalah perhatian orang-orang terhadap Anda, pelabelan bahwa Anda adalah pembawa berita yang benar.