Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendampingi Ia yang Sulit Memiliki Anak

13 Maret 2020   00:37 Diperbarui: 13 Maret 2020   00:33 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: unsplash.com

Sejak pengakuan itu saya ingin menjadi teman yang lebih baik untuk ia yang sulit memiliki anak, seperti salah satu sahabat saya.

Ia menikah 6 tahun lalu waktu saya mengandung anak ke-2. Tentu saja kami semua berharap dia cepat "ketularan" dan segera hamil. Hari dan tahun berganti, dia melepaskan pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan besar untuk tinggal satu kota dengan suaminya, namun berita baik itu belum muncul juga.

Satu hal yang saya pelajari dari pergumulan ipar saya adalah, waktu ada orang berkeluh kesah ke saya tentang masalah reproduksinya jangan sampai saya merespon dengan kalimat yang mengandung kata 'MUNGKIN'. Mungkin belum sekarang, mungkin kamu perlu ganti dokter, dan mungkin yang lain.

Jika mereka ingin tahu fakta, mereka akan bertanya pada dokter. Yang mereka inginkan dari saya adalah telinga untuk mendengarkan beban hati mereka yang terdalam. Bukan nasihat, bukan solusi, hanya telinga dan waktu.

Saya coba menerapkan nasihat ini pada hubungan saya dengan sahabat saya, namun tidak mudah. Saya ingin memberikan nasihat dan saran terbaik karena kami bersahabat. Saya buatkan dia janji dengan sepupu saya yang dokter kandungan dengan sub-spesialis bayi tabung. Saya mengumpulkan data dan fakta makanan yang bisa meningkatkan kesuburan. Intinya, saya melakukan banyak hal untuk dia. Tanpa diminta dan tanpa pamrih.

Pada satu titik dia jemu dengan segala usaha saya. Pada waktu saya mengandung anak ke-3, dia protes, "Gua yang lagi usaha, kok lu yang hamil sih?"

Sejak saat itu hubungan kami menjadi renggang. Ia menjadi sulit dihubungi. Chatting hanya berisi kata-kata singkat. Anak-anak saya merasa kehilangan, terutama si sulung yang menyandang nama yang sama dengan sahabat saya ini.

Dalam hati saya tersinggung. Saya tidak merencanakan kehamilan ke-3, ini semua anugerah. Mengapa dia membuat saya seolah-olah bersalah karena saya sudah mendahului dia hamil? Mengapa dia menghukum saya untuk sesuatu yang di luar kuasa saya?

Sampai di satu titik saat saya sedang merenung saya mengerti:

It's not about me; it's about her.

Ada masa ketika dia tiba-tiba tidak mempedulikan ulang tahun anak-anak saya seperti biasanya. Hatinya pasti merindukan kelahiran bayi-bayinya sendiri. Ada masa ketika dia unfollow saya di semua media sosial. Batinnya pasti ingin mengoleksi foto-foto tumbuh kembang anak-anaknya, seperti yang saya lakukan di media sosial saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun