Foto di awal post ini adalah foto buku saya yang berjudul Randomness Inside My Head (RIMH). RIMH adalah sebuah kumpulan cerita pendek dalam bahasa Inggris yang terbit pada tahun 2016. Boleh dong promosi sedikit sebelum kita masuk ke inti artikel ini, hehehe.
Bagaimana proses menerbitkan buku berbahasa Inggris setelah ditolak oleh 16 penerbit? Wahahaha, ceritanya panjang kali lebar kali tinggi, dan bawa perasaannya antara surga dan neraka di dunia, jadi kapan-kapan akan saya tulis di post terpisah.
Malam ini saya merasa sulit untuk menulis. Bukan karena kehabisan ide, tapi karena kewalahan ide mana yang mau digarap duluan. Tanpa diduga seorang rekan di WA grup KLIP menyarankan untuk menulis hal-hal yang menjadi inspirasi cerita-cerita dalam RIMH.
*berpikir keras selama 10 detik*
Jawabannya:Â Saya kesambet inspirasi.
Hah, jawaban macam apa itu? Itu jawaban bercanda ya? Eh tapi memang benar lho, teman-teman, inspirasi untuk suatu cerita itu bisa datang ke saya tiba-tiba, tanpa diduga, dan dipicu oleh satu hal saja.
Sebuah pertanyaan untuk diri sendiri: bagaimana jika?
Bagaimana jika saya bukan seorang ibu berusia 30-an, tapi seorang pria yang pergi ke bioskop dengan kekasihnya, memakai mobil baru, dan tiba-tiba ada orang tak dikenal masuk ke mobilnya?
Bagaimana jika saya tidak mempunyai dua orang tua kandung, tapi satu ayah kandung, satu ayah tiri, dan satu ibu kandung?
Bagaimana jika saya bukan seorang istri yang mengandalkan penghasilan suami, tapi seorang politikus yang akan ditangkap karena kasus korupsi?
Pertanyaan 'bagaimana jika' muncul begitu sebuah cerita akan dimulai. Lalu bagaimana dengan penokohan, alur, dan akhir cerita? Apakah sudah terbayang saat saya mulai bertanya 'bagaimana jika'? Ya, untuk penokohan dan akhir cerita. Tidak, untuk alur. Alur sangat bergantung pada kondisi saya dan situasi di sekitar saat saya menulis, dan inspirasi-inspirasi apa yang tiba-tiba nyambet.
